Waktu sudah menunjukan pukul setenga h dua malam dan seperti pada umumnya di kompleks perumahan menengah yang masih relatif baru itu, rumah-rumah yang ada di dalamnya rata-rata sudah mematikan hampir semua lampunya, dan menyisakan satu atau dua lampu di teras dan ruangan lainnya, pertanda bahwa para penghuni di dalamnya sudah tertidur lelap. Namun demikian, masih ada satu rumah yang terletak paling ujung jalan, rumah ini letaknya agak jauh dari rumah-rumah sekitarnya, karena selisih beberapa kavling tanah yang tidak dibangun sehingga memisahkan rumah ini dari rumah-rumah lainnya. Agak berbeda, rumah ini berukuran lebih besar dan bertingkat, dihalamannya terparkir dua buah mobil masing-masing adalah Honda New Jazz tahun terbaru dan sebuah Toyota Fortuner sehingga langsung menunjukan status pemilik rumah yang lebih mapan daripada para tetangga di sekitarnya. Dan memang pemilik rumah ini sering menjadi bahan pembicaraan dari para tetangga, mengingat rumah besar ini hanya berisi sepasang suami istri yang masih sangat muda dan belum memiliki anak, paling tidak untuk ukuran umur rata-rata warga di sekitarnya yang rata-rata berusia setengah baya. Sang laki-laki dikenal sebagai seorang eksekutif muda yang sedang naik daun di salah satu perusahaan multinasional bernama Bayu berusia sekitar 30 tahun, sementara istrinya Vina adalah wanita cantik berusia 27 tahun dan juga seorang manager marketing disalah satu perusahaan property yang besar, adalah Vina ini yang selalu menjadi topik pembicaraan para tetangga, dimana bapak-bapak selalu tidak bisa memalingkan pandangan dari sosok dirinya ketika dia lewat, sementara para ibu-ibu selalu membicarakannya dengan topic yang dengki campur cemburu karena ulah para suami mereka itu. Bagaimana tidak, wanita ini benar-benar cantik, bertubuh langsing, berkulit putih, wajah yang oval dengan lekuk hidung mancung dan bibir sensualnya yang selalu tersenyum ketika bertatap mata dengan bapak-bapak yang suka mencuri pandang dirinya. Rambutnya yang hitam panjang melewati punggung namun ikal, yang hampir selalu tergerai sebagian di depan seolah sengaja menutupi payudaranya yang sekal menantang, pinggang yang ramping dan pantat padat berisi, khas seperti wanita-wanita yang giat fitness. Dan sering kali wanita cantik ini menggunakan rok span mini yang memperlihatkan pahanya yang mulus. Dan suatu ketika, pada waktu lewat tengah malam di rumah pasangan muda itu sepertinya masih menampakan tanda-tanda kehidupannya.
Halaman rumah ini juga cukup besar sehingga cukup untuk menampung kedua buah mobil di dalamnya, dan masih ada sebidang tanah yang cukup luas dan ditumbuhi beberapa jenis tanaman hias, dan sebuah pohon mangga yang besar dan rindang di sudutnya dan lebih tinggi dari atap rumah yang bertingkat dua. Walaupun hampir semua lampu didalam rumah itu sudah dipadamkan, namun sebuah jendela di tingkat dua masih terang, menunjukan penghuninya masih terjaga. Jendela itu adalah merupakan jendela ruang kerja dan di dalamnya memang pemilik sosok tubuh indah itu masih belum terlelap, sayup-sayup terdengar suara musik klasik yang lirih di dalam ruangan itu. Vina masih terjaga dan belum bisa tertidur, dan sesungguhnya wanita cantik ini sedang gundah hatinya. Dia duduk berselonjor diatas sofa yang membujur di sudut ruang kerjanya, dan meninggalkan meja kerjanya dengan notebook yang masih dibiarkan menyala begitu saja, sementara Vina sendiri malah berusaha membaca sebuah majalah wanita, walaupun apa yang dia baca berkali-kali di depan matanya tidak ada satupun yang masuk ke dalam otaknya dan dia tidak perduli dan terus berusaha untuk membaca. Begitu tidak perdulinya Vina sampai-sampai ia tidak sadar bahwa kimono sutera yang sedang dia kenakan ini sudah melorot dari sisi pundak kirinya sehingga memperlihatkan pundaknya yang putih mulus dan sebagian belahan pangkal payudaranya yang menyembul dengan leluasa dari balik kain sutera berwarna merah muda itu. Jelas sekali terlihat bahwa wanita ini tidak sedang mengenakan BH didalamnya. Rambutnya yang panjang ikal itu sekarang sedang di sanggul asal-asalan keatas sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Vina sedang resah, bagaimana tidak, sejam yang lalu ia baru selesai bercumbu dengan suaminya namun ia belum bisa memperoleh puncak orgasmenya sementara suaminya sudah keburu selesai dan loyo, bahkan sesaat sesudah itu langsung mendengkur pulas. Kejadian ini sudah ia alami berbulan-bulan yang lalu, dimana suaminya juga sangat malas untuk berhubungan badan sementara ketika sekalinya terjadi hubungan badan, Bayu tidak bisa bertahan lama dan langsung mengalami ejakulasi bahkan sering kali tidak bisa melewati menit pertama. Kondisi ini diperparah lagi bahwa sesudahnya Bayu langsung tertidur pulas dan mendengkur, meninggalkan dirinya yang masih tinggi birahi terkatung-katung tak berkesudahan, dan ini makin membuat dirinya sering tidak bisa tidur sampai pagi, seperti sekarang ini. Pikiran Vina terus menerawang, ke masa-masa lalu, dimana waktu pacaran Bayu memang termasuk laki-laki yang sangat sopan dan bahkan seringkali tidak mau menyentuh dirinya, sementara bagi Vina sendiri Bayu memang bukan pacar pertama, sementara pacar sebelumnya Dino sangat bertolak belakang, dan dengan Dino ini pulalah Vina belajar banyak bagaimana seks bisa dinikmati sebagai suatu rekreasi yang menyenangkan. Dino ini pulalah yang mengambil keperawanan dirinya.
Vina memejamkan matanya dan membayangkan saat-saat indah bercumbu dengan Dino, dimana dirinya dibuat seringkali terbang ke awing-awang berkali-kali. Tak terasa, tangannya mulai merayap mengusap belahan dadanya yang memang sudah agak terbuka itu, perlahan mengitari lingkaran payudaranya dan sesekali meremasnya sendiri, ditingkahi dengan jarinya yang mulai juga memilin-milin putting susunya sendiri. Putting susu yang aerolanya masih berwarna merah muda dengan putingnya yang mungil mencuat, dan kini mulai mengeras akibat rangsangan yang diterima oleh tangannya kanannya. Sementara tangan kirinya mulai merayap masuk ke belahan pangkal pahanya masuk dibalik kimono yang tak lama kemudian tersingkap memperlihatkan pangkal pahanya yang masih tertutup oleh low-rise bikini transparan berwarna putih. Tangan itu bergerak mengelus-elus bukit yang berada pada pangkal paha itu,tidak lama, karena kemudian menyusup masuk kebalik kain segitga itu dan langsung berkonsentrasi pada belahan bibir bawah yang ditumbuhi rambut-rambut halus tidak begitu lebat. Telapak tangannya terus mengusap belahan bibir yang ada dibawahnya dan berputar di pangkal liang vagina dimana ia bisa merasakan klitorisnya sendiri untuk dirangsang, hanya sekejab saja sebelum akhirnya belahan bibir itu menjadi mulai basah oleh cairan yang keluar dari dalamnya.
“Ohhh ………… Dino …..” tak sadar ia mendesah sendiri, memanggil nama kekasih yang dirindukannya
Mata wanita cantik itu sekarang terpejam, sambil membayangkan dirinya sedang dicumbui oleh sang kekasih lamanya, seperti saat-saat mereka pacaran dulu. Tanpa sepengetahuan dirinya yang memang sedang asyik dan sibuk sendiri menikmati birahinya yang kian memuncak, dan makin membuat kimono sutera yangdikenakannya semakin acak-acakan sehingga makin menampakan kulit tubuhnya yang putih mulus itu, perlahan-lahan cahaya dalam ruangan itu menjadi semakin redup, dan angin malam yang dingin berhembus didalam ruangan padahal tidak ada jendela atau pintu yang menghadap keluar terbuka sehingga memungkinkan angin bisa berhembus kedalam. Mendadak udara di dalam ruangan itu menjadi lebih dingin dari yang seharusnya, dan tiba-tiba saja Vina merasa ada yang berbisik lirih memanggil namanya,
“Vina ………………, Vina ……………..” beberapa kali berulang
Wanita cantik itu terkejut, dan serta merta menghentikan aktivitasnya, dengan reflek dia berusaha membereskan tubuhnya yang berantakan, celana dalamnya yang semula sudah mulai melorot sebagian di tariknya kembali keatas dan dengan terburu-buru dia menarik kembali Kimono yang sudah terbuka berantakan untuk menutupi tubuhnya kembali, bahkan jauh lebih rapat dari semula. Dia berusaha keras untuk berkonsentrasi untuk memastikan apa yang baru saja ia dengar barusan di telinganya, beberapa jenak kemudian suara lirih itu terdengar kembali.
“Vina ………………, Vina …………………”
Kali ini dia bisa memastikan bahwa suara itu datangnya dari arah ruang bawah di lantai satu. Vina tahu benar bahwa dirumah ini hanya berpenghuni dua orang termasuk dirinya, dan suaminya saat ini sedang terlelap di dalam kamar. Jadi siapa pemilik suara itu? Tiba-tiba bulu-bulu halus yang ada di tengkuknya berdiri, dan tanpa sadar tangannya sendiri mengusap bagian belakang lehernya itu, Hatinya tercekat, dan pikiran sadarnya langsung mengarah ke satu kesimpulan yang dia sendiri tidak berani untuk memikirkan jawabannya. Namun, rasa penasarannya yang besar membuat dia makin ingin tahu sebenarnya siapa yang memanggilnya dari bawah itu. Perlahan-lahan dia beranjak untuk menuruni tangga, sambil tanggannya menggapai-gapai untuk mencari saklar lampu yang berusaha ia nyalakan untuk menerangi ruangan bawah yang memang sudah gelap itu, dan kembali dia mendengar suara lirih yang memanggilnya itu, kali ini terdengar lebih berat sehingga Vina yakin benar bahwa ini adalah suara laki-laki.
“Vina ………………, kemari anak manis ………………” kembali suara yang terdengar makin berat itu memanggilnya, bahkan sekarang malah terdengar jauh lebih jelas.
Vina terus beranjak menuruni tangga, kakinya melangkah pelan-pelan menuruni satu demi satu anak tangga itu sampi menyentuh lantai ruang tengah di bawah. Pandangan matanya tertuju pada pintu kamar tidur tamu yang lokasinya memang berada tidak jauh dari situ, pintu itu sedikit terbuka, ia berusaha untuk mengintip kedalam hanya saja karena kondisi di dalam kamar tidak diterangi lampu ia tidak bisa melihat apa-apa di dalamnya. Dengan sedikit gemetar, Vina mengulurkan tangan untuk mendorong daun pintu itu agar sedikit terbuka,
“Masuklah kemari Vina sayang ………………” kembali suara itu memanggil dirinya dari dalam dan kali ini wanita cantik itu benar-benar merasa jantungnya berdegup lebih kencang, dan keringat dingin mulai keluar dari dahinya yang tertutup poni.
Tangan Vina terulur untuk meraba dinding di balik pintu kamar yang baru saja ia dorong untuk menyalakan lampu, ketika tiba-tiba suara itu berkata sedikit keras.
“Biarkan lampu itu mati sayang, kemarilah masuk engkau akan melihatku walaupun tanpa lampu”
Kaget dan tersentak, ketika Vina mendengarkan suara laki-laki itu melarang dirinya untuk menyalakan lampu, dan anehnya dia menurut saja perintah suara yang belum ia kenal itu. Perlahan-lahan dirinya melangkah mendorong pintu kamar tidur yang kini makin terbuka dan masuk kedalamnya. Sebersit bau yang kurang sedap tercium dari dalam kamar yang seharusnya sangat bersih itu. Ada sebersit bau anyir, bercampur dengan aroma bau keringat badan yang sudah lama sekali tidak mandi , namun bercampur dengan sedikit bau wangi melati tercium dari dalamnya. Kamar tidur tamu ini cukup luas, ketika ia masuk, di sisi kirinya ada tempat tidur berukuran King-Size dengan beberapa bantal dan masih tertutup bed-cover dengan rapi. Disebelahnya terdapat Cabinet panjang yang memang disedikan untuk tamu menaruh segala keperluan mereka, disamping juga memiliki kamar Mandi sendiri didalamnya yang cukup lengkap dengan Bathtub dan Shower yang cukup nyaman. Kamar ini menghadap ke taman samping, dan memiliki jendela besar dan pintu tembusan ke tamaan yang tertutup gordyn dari atas sampai kebawah, namun masih cukup untuk memunculkan sinar lampu teras kamar yang kuning disela-selanya. Di ujung kamar, di sudut terdapat sebuah sofa bed besar yang juga bisa difungsikan sebagai tempat tidur single, dan rupanya di sofa itulah asal dari pemilik suara itu. Samar-samar dengan bantuan sinar lampu dari sela-sela jendela kamar, Sesosok tubuh yang sangat besar dan tambun sedang duduk diatasnya, mungkin kira2 kalau berdiri setinggi hampir dua meter, bentuk badanya yang besar dan sangat gemuk dengan perut yang buncit, orang ini juga memiliki kepala yang relatif besar dengan kepala yang botak diatasnya, namun memiliki rambut panjang yang dibiarkan acak-acakan, di sisi depan kepalanya ada sepasang tonjolan yang lebih tepat dibilang sepasang tanduk kecil mencuat keatas, mata besar dengan bola mata kemerahan, memiliki alis yang sangat tebal sehingga membuat sorot matanya makin tajam dan menakutkan dengan hidung kecil yang pesek, dan mulut yang sedikit maju dengan bibir yang sangat lebar, sedang menyeringai memperlihatkan barisan giginya yang juga berantakan, sekilas terlihat juga dua pasang taring yang runcing dari dalam mulutnya. Yang sangat aneh adalah telinganya mencuat keatas sangat panjang dan lancip, Tangannya juga besar dan panjang, lebih panjang dari tangan manusia biasa, berkulit keriput dan ditumbuhi bulu-bulu panjang.
Samar-samar dari bantuan sinar lampu yang menyusup dibalik gordyn terlihat bahwa warna kulit pemilik sosok tubuh menyeramkan ini juga berwarna kehijauan, tidak seperti layaknya manusia pada umumnya. Dia duduk dengan posisi mengangkang, dengan kedua belah kakinya yang besar dan berbulu lebat memiliki paha yang bahkan lebih besar dari lingkar pinggang Vina, makhluk ini menggenakan jubah berwarna cokelat kehijauan juga, namun sudah sangat dekil dan kotor, dan mungkin dari jubah inilah bau sangit yang tidak sedap ini berasal. Nafas makhluk itu terdengar berat seperti dengkuran seekor kuda atau sebangsangnya, samar samar terdengar. Sekarang Vina benar-benar diliputi kengerian yang sangat amat, tubuhnya gemetar atara gemetar ketakutan, menggigil dan begidik disertai rasa jijik melihat apa yang ada didepan matanya. Seumur umur belum pernah dia menyaksikan makhluk seseram itu. Mata wanita cantik itu membelalak lebar tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya, Inginh rasanya dia menjerit histeris sekencang-kencangnya namun seolah-olah kerongkongannya tercekat sehingga tidak satupun suara yang keluar dari mulutnya. Seolah-olah nyali wanita cantik itu hilang sesaat,
“Ke sini anak manis, aku tahu hatimu sedang gundah, dan aku datang untuk membantu memenuhi hasratmu yang tak kesampaian itu ……………” makhluk itu berkata dengan suaranya yang berat,
Kali ini rasanya apa yang ada di otak dia dan reaksi tubuhnya sangat tidak sinkron, di mana dalam otaknya ingin sekali dia memerintahkan tubuhnya untuk berbalik arah dan lari meninggalkan tempat itu, namun ternyata anggota tubuhnya yang lain tidak mau mengikuti perintahnya lagi, bahkan bukannya berbalik arah dia malah bergerak melangkah lebih mendekat pada makhluk yang menyeramkan itu, nafasnya memburu, Antara ngeri, takut dan jijik. Dan ketika dia melangkah makin mendekat, entah bagaimana caranya, pintu kamar tidur itu tiba-tiba saja tertutup rapat dan mengunci sendiri, hingga kini dirinya terkurung berdua bersama makhluk jejadian itu dan tidak ada lagi jalan keluar bagi dirinya dari situ.
“hmmm ….. dirimu sungguh cantik dan ayu, sudah lama aku memperhatikanmu dari atas pohon itu” makhluk jejadian itu berbicara lagi,
“Aku tahu, engkaupun sudah lama mendambakan belaian laki-laki yang kau tidak bisa peroleh dari suamimu yang loyo itu…”
“Dan mulai malam ini, aku akan memberikan apa yang kau damba-dambakan selama ini”
Mata makhluk itu terlihat makin nanar melihat sosok tubuh indah yang berdiri persis di depan matanya itu, wanita cantik yang sedikit pucat ini makin kelihatan cantik saja bagi dirinya, rambut hitamnya yang ikal dan disanggul asal-asalan sedikit berantakan membiarkan anak rambutnya kemana-mana, matanya yang bulat sedang terbelalak penuh kengerian, bibirnya yang tipis dan sexy ternganga tak bisa berkata-kata dan lehernya yang jenjang Nampak menelan air liur berkali kali menahan rasa takut dan ngeri tak berkesudahan.
Tubuhnya yang masih terbungkus rapat oleh kimono sutera itu makin memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah terutama dibagian dadanya dimana kain sutra itu seolah-olah sedang bertarik-urat melawan sepasang tonjolan mungil yang seperti berontak untuk muncul dari baliknya, sehingga tak mampu menyembunyikan cetakan putting susu yang menonjol dari baliknya, sementara kebawah kain sutra kimono itu pendek dan menutupi sampai separuh paha bagian atas saja, dan membiarkan sebagian pahanya yang putih mulus terpampang tanpa ditutupi apa apa lagi. Otak Vina mendadak menjadi beku, kengerian yang sangat besar melanda dirinya mendengar apa yang diucapkan oleh makhluk menyeramkan yang kini hanya selisih satu langkah dari dirinya berdiri, sedetik kemudian hati kecilnya menjerit …..“lari …. Lari ………….” Namun bedanya, tubuhnya tidak mau bereaksi pada suara yang keluar dari hati kecilnya itu, malah kini ketika dia bisa bergerak, gerakan tanggannya yang gemulai justru menarik lepas ikat pinggang kimono yang dikenakannya, dan sedetik kemudian kimono itupun sudah meluncur turun jatuh kelantai di sekeliling kakinya sehingga dirinya kini nyaris telanjang bulat di depan makhluk menyeramkan itu dan hanya meninggalkan low-rise bikini putih transparan yang tidak bisa menyembuyikan rambut-rambut halus yang tidak begitu tebal di pangkal pahanya itu. Sungguh indah tubuh wanita cantik ini, tinggi langsing dengan perut yang rata tanpa keriput sedikitpun, dihiasi sepasang payudara indah yang sedikit besar dan menantang kedepan, dan memiliki putting susu yang mencuat berwarna cokelat muda kemerahan, dengan aerola berukuran sedang yang kontras dengan kulitnya yang putih. Payudara indah itu kini berguncang mengikuti ritme nafas Vina yang bahkan berpacu semakin cepat. Tangan Vina dengan gerakan gemulai malah terus memelorotkan lace-bikininya dan sejenak kemudian benda itu juga dijatuhkannya ke lantai, kini tubuh wanita cantik itu benar-benar sudah telanjang bulat tanpa ada benang sehelaipun menutupi tubuhnya. Terakhir gerakan tanggannya malah meraih penjepit rabut yang ada dikepalannya dan dibuangnya jauh-jauh, sehingga rambutnya yang hitam panjang dan ikal itu dengan bebas tergerai jatuh di punggungnya. Perlahan lahan, Vina juga bisa merasakan bahwa tubuhnya mulai terasa hangat dan matanya mualai panas dan berair, pipi dan wajahnya terasa lebih hangat ditingkahi dengan rasa hangat dan geli di beberapa bagian tubuhnya yang sensitive, tanda-tanda bahwa libidonya mulai beranjak naik, bukannya lari ketakutan atau jatuh pingsan yang semestinya ia alami melihat pemandangan menakutkan ini, tapi entah bagaimana dan darimana datangnya malah gairah dirinyalah yang perlahan lahan naik meninggi. Sementara makhluk menyeramkan yang duduk dihadapannya itupun mulai menggerakan tangannya, menyibakkan jubah yang dipakainya yang tadi masih menutupi sebagian tubuhnya ke kanan dan ke kiri tangan kanan makhluk itu kini malah bergerak ke arah selangkangannya sendiri untuk menarik keluar benda yang ada di dalamnya dari balik secarik kain cawat yang menutupi selangkangannya. Seperti apa yang dilihat Vina, Dari balik kain cawat itu munculah batang penis kejantanan makhluk menyeramkan, masih setengah keras dan bentuknya gemuk, panjang, berkulit keriput dengan beberapa urat besar yang melilit disekitarnya. Hanya saja, benda ini jelas-jelas lebih besar dari ukuran rata-rata laki-laki dewasa pada umumnya, baik panjang maupun lingkar diameternya, sebesar lengan bayi yang gemuk dan memiliki kepala penis yang besar, seperti kuncup kepala jamur merang, bulat licin dan memiliki belahan bibir kecil di ujung kepalanya, berwarna lebih gelap.
Tangan berkuku panjang itu kemudian mengocok-ngocok sendiri benda besar dan panjang itu hingga perlahan-lahan benda itu menjadi semakin keras dan kaku. Otak Vina saat ini benar benar kosong, Antara hati, pikiran dan gerakan tubuhnya sama sekali sudah tidak sinkron sama sekali, namun anehnya tiba-tiba saja hasrat birahinya menjadi tinggi, seolah-olah dia sangat ingin bercumbu dengan makhluk yang berada di hadapannya itu. Bahkan perlahan-lahan wanita cantik itu bisa merasakan bahwa bagian bibir bawahnya yang di tumbuhi rambut halus yang tidak begitu lebat itu mulai membengkak, hangat dan mulai basah oleh cairan yang keluar dari dalamnya. Seperti mendapat perintah yang tak terdengar, Vina melangkahkan kakinya maju selangkah makin mendekati makhluk ini dan sejenak kemudian pinggangnya sudah direngkuh oleh kedua tangan raksasa ini, dan wanita ini meraskan bahwa tangan ini menarik tubuhnya mendekati tubuh tambun makhluk menyeramkan yang ada di depannya itu. Ia bisa merasakan perutnya yang rata kini berhimpitan dengan perut tambun makhluk ini yang keriput yang terasa agak kasar. Terasa hembus nafas makhluk ini mulai menerpa wajahya, dan bau anyir dan tidak sedap tercium dari hembusan nafas itu sehingga di sela-sela kesadarannya Vina memalingkan wajah ke arah lain dan memejamkan matanya, agar wajahnya yang cantik tidak langsung terhembus udara yang tidak sedap itu, namun hanya sejenak saja, karena ternyata dengan tangannya yang besar makhluk menyeramkan itu memaksa memutar kepala Vina sehingga langsung menghadap wajah makhluk itu dan secepat itu pula bibir wanita cantik itu sudah berada dalam lumatan bibir lebarnya, tidak hanya itu, lidah panjang makhluk itu terjulur dan masuk kedalam mulut Vina menggapai-gapai mencari lidah lawannya untuk disapunya habis-habisan. Lidah tebal dan panjang berwarna ungu tua itu bermain dengan lincah menjulur-julur menyapu dari permukaan lidah Vina sampai ke dinding telaknya. Namun anehnya, begitu lidah wanita cantik itu beradu dengan lidah menyeramkan itu, gairah birahi wanita cantik itu benar-benar terbakar membara, ditandai dengan awal kepasrahannya menerima lumatan di bibirnya, dan kemudian ia mulai mendesah-desah, dan tubuhnya mulai menggeliat seperti layaknya perempuan yang sedang dibakar birahi, malah kedua belah tangan Vina tanpa rasa jijik memeluk kepala botak itu dan membalas lumatannya dengan begitu bergairahnya. Sejenak kemudian, setelah puas bermain-main dengan bibir Vina, makhluk itu mengalihkan ciumannya kearah leher, lidahnya yang panjang menjilat-jilat terjulur kesana kemari menyapu wajah, leher, telinga dan bagian sensitif lainnya sebelum akhirnya tiba di salah satu pucuk putting susu wanita cantik itu, dan bermain-main di lingkaran areolanya sambil menggelitik dan menampar-nampar puting susunya, sementara belahan payudaranya yang satu lagi menjadi sasaran remasan gemas telapak tangannya yang besar berkali kali, seolah-olah hendak memeras susu agar keluar dari dalamnya, kadang-kadang ditingkahi dengan memilin-milin puting susu yang berada dalam genggamannya itu. Vina melonjak kaget ketika mulut hangat makhluk itu menangkup puting payudaranya. Apalagi ketika bibir tebalnya lalu mencium dan lidahnya menjilat seluruh permukaan buah dadanya! Akhirnya, tanpa dipaksa, Vina mendorong dadanya ke depan agar makhluk itu bisa lebih leluasa menikmati seluruh payudaranya. Bahkan gigi makhluk itu bahkan menggigiti daerah ujung pentilnya, membuat sensasi kenikmatan menjalar dari dada ke seluruh tubuh, bahkan jari kaki Vina sampai merenggang karena keenakan!
“Oooooh!” lenguh Vina menahan nikmat.
Rasanya basah dan hangat bercampur geli tak berkesudahan. Sementara payudara sebelah kiri Vina yang dari tadi tergenggam tanpa halangan oleh tangan buas makhluk itu terus diiremas dan digoyangnya payudara istri Bayu yang jelita itu sesuka hati. Vina merintih tak berdaya, ia semakin tak mampu mengontrol tubuhnya sendiri. Sensasi hangat serangan makhluk menyeramkan itu malah membuatnya tenggelam dalam kenikmatan dan tak ingin melawan. Di antara sisa sisa kesadarannya, Vina berusaha melawan keinginan dirinya sendiri yang tidak tahan ingin segera membuka kaki lebar – lebar agar batang penis makhluk itu bisa leluasa memasuki dirinya ahh ….… tidak! Vina tidak mau itu terjadi! Vina harus melawan!
“tidaakk …………… “ hati kecilnya masih menjerit, sisa-sisa kesadarannya memerintahkan dirinya untuk meronta, namun apa daya, malah kini gerakan tangannya malah menggenggam batang kejantanan makhluk itu yang terjepit dan mengganjal diantara perutnya dan perut makhluk halus itu.
Benda panjang dan besar itu bergetar ketika telapak tangan Vina menyentuh permukaan kulitnya, tangannya terus mengurut dari pangkal batang naik sampai ke kepalanya, dan kembali turun kebawah, demikian berulang ulang dan dilakukan berselang-seling, terkadang cepat kadang-kadang lambat, dan kadang-kadang tak beraturan dan meremas gemas ketika dirinya dilanda rasa geli tak berkesudahan akibat hisapan mulut makhluk itu di pucuk puting susunya yang kini sudah mengeras , membengkak dan mecuat tegak dan semakin kaku, bahwa pucuk putting payudaranya juga sudah ereksi dank eras akibat gairah birahi yang meningkat. Makhluk seram itu menyeringai dan menggerakkan giginya, ia bisa merasakan tubuh Vina yang gemetar dan menggelinjang karena rangsangan hebatnya pada puting susunya. Dengan sigap lidah panjang dan tebal keunguan itu kembali melingkari pentil yang tegak menantang. Hal ini membuat Vina makin salah tingkah, tubuhnya melengkung ke belakang, matanya terpejam dan tanpa sadar wanita cantik itu menghunjukkan buah dadanya ke mulut lawannya agar terus merangsangnya. Vina tak mampu berkutik. Si cantik itu hanya bisa megap – megap menggapai nafas ketika mulut lebar makhluk itu mengunyah puting payudaranya, setelah pentil itu menonjol, lidah pajang itu ganti menjilati sisi areolanya. Tubuh Vina melenting ke belakang, Kegelian beberapa kali si cantik itu berusaha melepaskan dadanya dari mulut makhluk menyeramkan itu, namun belum sampai payudaranya bebas, Vina sudah terganggu oleh tangan besar itu yang dengan nakal menjelajah ke bagian bawah perutnya dan persis berhenti di pangkal pahanya, kemudian membelai ke atas menuju selangkangan dan berhenti pada bukit mungil yang tertutup rambut halus itu. Sisa sisa kesadaran Vina masih ada dan dia berusaha berontak, namun ketika pikiran Vina berusaha melawan lagi, kembali dikalahkan oleh gairah birahinya yang tinggi,
“ Tapi… tapi… oh Tuhan, ini enak sekali…! Bayu yang sekarang berubah menjadi laki – laki dingin yang tak berperasaan, padahal Vina masih sangat membutuhkan belaian kasihnya! Apakah kini apa yang ia lakukan adalah hal yang salah? Walaupun apa yang ada di hadapannya ini jelas jelas bukan manusia, dan ia membiarkan makhluk jejadian ini menguasai tubuhnya? Vina butuh kehangatan laki – laki! Hasrat birahinya selalu bergejolak… Vina bingung saat ini, apakah dia sedang diperkosa … atau justru membuka diri terhadap rangsangan makhluk halus itu? Saat perang berkecamuk dalam batin Vina, tangan besar itu lebih bebas bergerak merangsang sang dirinya! Tangan besar itu meraih tempat yang lebih pribadi dan di atas dan Vina membiarkan makhluk laki-laki yang bahkan bukan manusia ini membuka kedua belah kakinya lebar – lebar. Tubuh wanita cantik itu menegang ketika jemari makhluk itu menemukan bibir vaginanya yang lembut bagai sutra. Vina melonjak kaget saat tangan makhluk itu mulai membelai bibir kemaluannya secara perlahan – lahan. Ditingkahi dengan merosotnya ciuman bibir tebal makhluk itu perlahan-lahan ke perut dan kemudian turun terus sampai ke pangkal pahanya. Makhluk menyeramkan itu terus melaksanakan niatnya menguasai daerah kemaluan Vina dengan bibir dan lidahnya. Hisapan, ciuman dan jilatan silih berganti menyerang si cantik. liang bagina Vina sudah sedemikian basah. Bahkan Makhluk menyeramkan itu bisa melihat tetesan air cinta mengalir tipis dari bibir mungil kemaluan wanita cantik ini. Vina mengangkat pantatnya, meminta bibir Makhluk menyeramkan itu terus mengelus bibir vaginanya. Dengan lembut tangan makhluk menyeramkan itu menyusuri rambut kemaluan Vina yang lembut, ia itu sengaja menggoda si cantik ini dengan menghembuskan nafas ke liang memeknya tanpa menyentuh. Vina tak tahan lagi, dia sodorkan bibir kewanitaannya ke mulut makhluk halus itu. Makhluk itu menyeringai, dan dengan kedua jarinya, ia membuka sedikit mulut kemaluan Vina dan segera mencari titik kelemahan wanita cantik ini, klitorisnya yang terletak di balik lipatan bibir luar vagina Vina. Ketika tonjolan kecil yang mematikan itu berhasil ditemukan, Makhluk menyeramkan itu memperlancar aksinya menaklukkan Vina. Lidahnya yang tebal dan panjang segera menjadikannya sasaran tunggal dengan menggelitiknya berkali-kali, ditingkahi dengan sedotan bibirnya sehingga membuat tubuh Vina melonjak – lonjak bagai kuda liar yang sangat binal. Makhluk menyeramkan itu bahkan kemudian mengangkat tubuh Vina, menggendongnya dan membaringkan si cantik diatas ranjang, terlentang dan kemudian membuka kedua belah kaki Vina lebar-lebar, sehingga ia dengan leluasa bisa menjatuhkan wajahnya tepat di selangkangan Vina, ia melumat lembut kelentit sang wanita cantik yang terlentang pasrah, ciumannya lalu beralih ke sisi luar bibir vagina dan akhirnya ke bawah, masuk ke dalam liang cintanya. Sekali lagi Vina melonjak ke atas dan mendesis dengan keras, wajahnya yang cantik terlihat histeris namun ia berusaha keras menahan teriakannya.
“ngggghhh …………. Ooohhh ……………, pleaseee ……….!!!”
“Aduuhh, sudah ……… sudah!!!!”
Makhluk menyeramkan itu tidak begitu saja menuruti permintaan Vina.bahkan dengan sengaja ia mempermainkan lidahnya di bibir vagina Vina dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Gerakan kaki si cantik ini makin tak tertahan, ia menendang kesana kemari tanpa sasaran. Kepalanya berpaling ke kanan dan kiri dengan mata terpejam dan keringat yang terus bercucuran. Vina mengambil bantal dan menggigit ujungnya untuk menahan kenikmatan yang terus ia rasakan. Ketika Makhluk menyeramkan itu menyedot cairan cinta yang menetes keluar dari vagina Vina, rasa gelinya ia alirkan dengan menggigit ujung bantal. Lidah Makhluk menyeramkan itu makin berkuasa. Ia mendorong lidahnya masuk ke liang vagina Vina, menjilat dinding yang ada di dalam, menari dan bergoyang tanpa ampun. Jari jemari Makhluk menyeramkan itu membuka sedikit bibir memek Vina agar lidahnya bisa lebih leluasa.
“Sudah, Ampuun! Sudah cukup! Aku tidak tahan lagi!” desis Vina untuk yang kesekiankali.
Sejenak makhluk itu menghentikan aktivitasnya, kepalanya menegadah, memandang kearah atas untuk melihat ekspresi wajah wanita cantik itu yang kini sulit di jelaskan dengan kata kata, ia menyeringai dan memperlihatkan giginya yang tajam-tajam. Tangannya yang tadi berada di antara selangkangan Vina sekarang merayap melewati perut Vina dan kedua belah telapak tangan itu kembali berhenti di sepasang bukit payudara wanita itu dan meremas-remasnya kembali, sambil sesekali memilin putting susunya. Hanya sejenak, sebelum kemudian ia kembali mengincar klitoris milik Vina. Benda mungil yang menjorok tepat di dalam area kemaluan sang bidadari itu dijilatnya ke kanan dan kiri, digerakkan naik turun. Bagi seorang wanita, titik kelemahan inilah yang membuatnya tak tahan menerima godaan laki – laki. Begitu pula bagi Vina, tubuhnya melejit dan pantatnya diangkat tinggi – tinggi, cairan cintapun meleleh membasahi bibir kemaluan si cantik itu. Ketika Makhluk menyeramkan itu nekat menyeruput cairan cinta Vina, istri Bayu itupun menggelinjang keenakan dan meronta dan tiba-tiba bagian bawah tubuhnya, terutama pinggangnya menyentak-nyentak dengan hebatnya, sambil menjerit wanita itu mencengkeram kepala botak yang ada di selangkangannya, ia tidak lagi perduli sebenarnya apa atau siapa yang sedang berada dalam cengkeraman kedua belah tanggannya yang mungil itu.
Vina mengalami orgasme yang sangat hebatnya, pandangan matanya gelap sesaat, seluruh tubuhnya mengalami kenikmatan yang sangat amat, dan kemudian setelah lebih dari sepuluh detik, tubuhnya kembali melemas. Liang vaginanya benar-benar sudah basah dan banjir oleh cairan cintanya, dan siap untuk menerima penetrasi penis sebesar apapun juga. Puas dengan apa yang dilakukannya terhadap si cantik, makhluk tambun besar itu kini berdiri, tangannya menarik tangan Vina agar wanita yang masih lemah lunglai itu juga ikut beranjak dari atas tempat tidur, namun bukannya untuk berdiri, melainkan ia tekan pundak wanita cantik itu hingga akhirnya duduk bersimpuh di lantai dengan wajah persis menghadap kearah selangkangannya, tepat dimana batang kejantan yang besar dan gamuk itu mengacung tegak dengan sombongnya. Dengan jari jemari lentik yang terawat rapi Vina meraih dan mengangkat kantong kemaluan Makhluk menyeramkan itu dan memainkannya dengan lembut. Ketika tangan kirinya sibuk mengelus kantung makhluk menyeramkan itu, tangan kanan Vina mengangkat batang kemaluannya. Jari jemari Vina yang sangat halus dan lembut membuat makhluk itu harus menggigit bibir agar bisa menahan nafsunya yang menggelegak. Baru dipegang saja sudah nafsuin, apalagi nanti kalau sudah masuk ke mulutnya. Wajah Vina kian mendekati penis Makhluk menyeramkan itu, entah dari mana inisiatifitu datang ia mengulum benda panjang itu, dia tidak perduli bahwa sebenarnya wujud batang penis itu sesunggunya sangat menjijikan, besar, keriput dan bau. Wanita cantik itu kini bahkan menjulurkan lidahnya untuk menjilat permukaan batang penis itu, dari pangkal terus ke pucuknya, dan lidah mungil itu berputar-putar melingkar di bagian kepala penis yang lonjong dan besar itu. Permukaan lidah Vina menyapu dinding glans-penis yang mengkilap dan menggapai pucuknya yang berbibir kecil, ujung lidah si cantik malah dengan nakal mencoba untuk menyelip ke dalam belahan bibir itu beberapa kali, sebelum akhirnya dengan bukaan mulut yang sangat lebar, Vina memasukan seluruh kepala penis makhluk halus itu ke dalam mulutnya. Mulut Vina hanya mampu untuk mengulum sepertiga dari panjang batang penis itu sebelum memuntahkannya kembali, namun sebelum kepala penis itu terlepas keluar dari mulutnya, kembali ia menyedot dan menurunkan mulutnya untuk berusaha mengulum batang kejantanan itu lebih dalam lagi, demikian berulang-ulang. Sesekali Vina melepaskan batang penis itu dari mulutnya, untuk sekedar menjilati bagian-bagian lain yang tidak berhasil masuk kedalam mulutnya, dan kemudian kembali memasukan batang penis itu ke dalam mulutnya.
Seperti kesenangan, Makhluk menyeramkan itu terus mengamati wajah cantik dan jari-jari lembut yang kini memegang alat vitalnya. Wajah Vina yang segar dan sangat cantik mahkluk itu kesenangan. Sambil mengulum Vina melirik ke atas, menatap wajah Makhluk menyeramkan itu yang diselimuti nafsu birahi. Wajah laki-laki tua itu berkeringat deras, matanya terbelalak tajam seakan hendak keluar dari wajahnya dan air liur menetes pelan dari ujung mulutnya. Vina tahu pasti, wajah yang sedang menatapnya bukanlah wajah yang tampan, wajah itu adalah wajah makhluk halus yang sangat seram dan bejat yang penuh nafsu dan berkuasa penuh atas dirinya, namun rupanya karena mungkin pengaruh kesaktian makhluk halus ini membuat Vina tidak dikuasai rasa takut berhadapan dengan dirinya. Mulut Vina terbuka, lidahnya keluar dan dengan lembut ia menjilat bagian bawah batang kemaluan keriput milik Makhluk menyeramkan itu. Makhluk menyeramkan itu bergetar karena nikmat yang ia rasakan. Ia menggeram dan menatap tajam mata indah milik Vina ketika si cantik itu kembali memasukkan ujung gundul kemaluan Makhluk menyeramkan itu ke dalam mulutnya yang mungil dan perlahan menghisapnya.
“GGRRRRAAARRGHH!!!” geram Makhluk menyeramkan itu.
Ia itu tak mampu menahan dirinya lagi, ia merasa tubuhnya melayang dan melambung tinggi ke awan. Makhluk menyeramkan itu sesekali memejamkan mata ketika lidah Vina mulai berputar di ujung kemaluannya. Sementara bibir Vina terus bergerak mengulum dan lidahnya menjilat, Makhluk menyeramkan itu mengelus rambut indah Vina yang hitam panjang dan bergelombang itu dengan jari jemarinya yang gemuk. Kedua tangan Makhluk menyeramkan itu lama kelamaan menjepit kepala Vina dan menyorongkannya maju mundur seiring gerak hisapan si cantik itu. Vina tak melawan sedikitpun. Makhluk menyeramkan itu mulai menggerakkan kepala Vina dengan cepat, mendorong kemaluannya masuk ke kerongkongan wanita jelita itu dan menariknya keluar, lalu mendorong masuk lagi secepatnya. Ia itu melakukannya berulang dan semakin lama semakin cepat. Ia sangat menikmati kuluman bibir mungil Vina.
“GrrrArrrggghhhh, …enaknyaaaa!!” Makhluk menyeramkan itu yang mulai kehilangan kontrol. Nafasnya makin memburu,
“hrrgghhh ………………hhrrrggg!” seperti dengkuran seekor kuda yang sedang birahi.
Vina tiak perduli dan tetap meneruskan sepongannya sementara Makhluk menyeramkan itu menggerakkan pinggulnya agar bisa melesakkan penisnya dalam-dalam ke mulutnya. Jepitan tangan Makhluk menyeramkan itu di kepala Vina makin rapat dan dorongannya makin dalam, membuat Vina tersedak terbatuk-batuk. Namun kemudian kembali meneruskan aksinya.
“GggrrhhAaaaggghh, kembali ia menggeram, dan dengan geraman yang panjang
Tiba-tiba batang kejantanan yang masih berada dalam mulut Vina itu bergetar hebat, dan tersentak-sentak, dibarengi dengan semburan cairan kental ke dalam kerongkongan Vina seperti keran bocor berkali kali. Reflek Vina menarik wajahnya menjauh dan melepaskan batang kenyal itu dari mulutnya, Sssssrrrrrrrrrtt ………… seerrrtttt……………….!!!! Cairan kental yang berwarna putih agak transparan menyemprot keluar berkali kali hingga berceceran kemana-mana, sebagian malah mengenai wajah dan bagian payudaranya, banyak sekali. Dibarengi dengan geraman dan dengkuran buas yang keluar dari mulut makhluk itu setiap kali batang kejantanan nya menyemprotkan cairan itu. Nafas makhluk itu berpacu dan terdengar keras sebelum perlahan-lahan teratur kembali. Makhluk menyeramkan itu mengangkat kepala Vina agar wajah si cantik itu menatapnya.
“Kamu cantik. Sungguh sangat cantik”, walaupun wajah cantik itu kini berlepotan dengan air mani yang baru saja disemburkan dari kejantanannya.
Vina kemudian berdiri dengan goyah, ia bisa merasakan sebagian air mani Makhluk menyeramkan itu terlanjur tertelan olehnya, sebagian masih terasa lengket didalam mulut dan kerongkongannya. Ia terduduk di pinggir tempat tidur, tak jauh dari hadapan makhluk menyeramkan yang masih berdiri mengangkang dihadapannya, dan anehnya, tidak seperti manusia laki-laki pada umumnya, dimana setelah mencapai puncak orgasmenya otomatis batang penisnya melemah, barang milik makhluk ini masih tetap tegar berdiri dengan gagahnya. Bahkan kini, tangan makhluk ini mendorong tubuh Vina agar terlentang diatas ranjang, kedua belah kaki mulusnya terjuntai turun ke lantai karena tidak berada diatas tempat tidur sebelum kemudian kedua belah kaki itu diangkat dan di renggangkannnya lebar-lebar sehingga liang senggama si cantik menganga lebar, siap menerima penetrasi dari pemilik batang kejantanan besar yang memang sudah mengarahkannya ke bibir liang senggama Vina.
Bersambung