Sita (27 tahun) adalah seorang istri yang baik dan polos, setiap hari di rumah apalagi keluar rumah dia tidak pernah melepaskan hijabnya, namun pakaiannya tetap modis walau dengan hijab, meski berjilbab Sita bukan termasuk golongan wanita bercadar.
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum’at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya.
Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education.
Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Kisah ini akan menceritakan tentang terbukanya kotak Pandora seorang wanita baik dan Solehah, Sita seorang istri orang yang polos.
Hari ini, puasa terakhir di tahun ini, seperti di hari-hari sebelumnya, Danu suami dari Sita pergi bekerja, ya bekerja, sebagai seorang pedagang Fried chicken di alun-alun pasar. Hanya itu yang bisa dikerjakan oleh suaminya Saat ini. Karena suaminya hanya lulusan SMK swasta jurusan pengolahan pangan.
Waktu menjelang berbuka puasa yang diharapkan akan ramai pembeli, nyatanya dagangannya hanya sedikit yang terjual. Mungkin karena hari puasa terakhir banyak orang yang memasak daging di rumahnya masing-masing.
Hal itu membuat Danu merasa sedih, karena dirinya sebelumnya sudah berjanji kepada istri tercintanya, sepulang dirinya dari berjualan ini, dia akan sekalian membelikan pakaian yang didambakan istrinya. Namun sepertinya dia akan mengingkari janjinya kali ini karena uang yang didapat tidak cukup untuk membeli apa yang diinginkan istrinya.
Menjelang Isya, Danu sudah sampai di rumahnya sambil menenteng sisa ayam goreng jualannya, yang masih lumayan banyak.
Danu
S:Sita
D: “Assalamualaikum…, Mah, Aku pulang..!”
S: “Waalaikumussalam..” (sapa Sita sambil mencium tangan suaminya).
S: “Kenapa Mas, kok kelihatan murung begitu?”
D: “Anu, a..aku minta maaf sama kamu sayang, sepertinya aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Hari ini tempat jualan benar-benar sepi pengunjung.”
S: “Janji apa maksudmu Mas?”
D: “Ya kamu kan kemarin ketika ikut aku jualan pas pulangnya nengok ke butik dekat alun-alun, katanya ada baju yang sangat kamu inginkan. Kemarin malam aku berjanji padamu mau membelikannya sepulang berjualan, tapi ternyata aku gak mampu membelikannya untukmu.”
S: “Ya Allah Masss,, sampai segitunya kamu sedihnya. Kirain karena apa. Lagian bajuku masih banyak yang bagus kok, tidak perlu setiap lebaran beli baju baru kan.”
D: “Ya tetep aja, aku merasa bersalah sama kamu sayang.”
S: “Bagiku, kamu sudah pulang dengan selamat sampai rumah saja aku sudah senang Mas. Kamu gak perlu merasa bersalah begitu.”
Meskipun istrinya bilang begitu, namun dalam hati Danu, dia tetap merasa sangat bersalah dan merasa tidak mampu sebagai seorang suami dalam membahagiakan istrinya. Ya, masalah ekonomi masih jadi masalah utama dalam rumah tangga Danu dan Sita selama 3 tahun usia pernikahan mereka.
Danu dan Sita pun hanya tinggal di rumah warisan orangtua Sita yang sederhana.
Ketika tengah malam tiba, suara takbir semakin menggema, Danu berada di teras rumahnya sambil melamun bagaimana cara memperbaiki ekonomi keluarganya. Meski saat ini dia punya usaha jualan dan hasilnya mencukupi untuk biaya sehari-hari dia dan istrinya. Namun Danu merasa itu semua belum cukup, sehingga Danu berencana ingin merantau ke kota ataupun menjadi TKI seusai lebaran tahun ini.
Akhirnya hari Lebaran pun tiba, katanya semua kembali ke fitrah, bersih dan suci. Seperti biasanya, adat di kampung-kampung, semua orang saling bersalaman bermaaf-maafan, terhadap tetangga, saudara, dan orangtua.
Namun karena orangtua Sita yang sudah tiada, maka sehabis bersilaturahmi ke rumah orangtua Danu. Danu dan Sita berziarah kubur ke makam kedua orangtua Sita yang meninggal tahun lalu karena peristiwa longsor di kampungnya.
Di area pemakaman, tanpa sengaja Danu bertemu dengan teman masa sekolahnya yang terkenal sangat kaya, namanya Ruben, dia yang kini tinggal di Jakarta, sedang pulang kampung untuk berziarah ke makam ibunya.
R: Ruben
D: Danu
R: “Hey Dan, lama tak berjumpa. Sedang ziarah ke kuburan siapa kau ..?”
D: “Ya, lama tak jumpa, makin cakep aja kamu. Sepertinya sudah jadi pengusaha sukses nih.!?
Anu, aku sedang berziarah ke makam orangtua istriku.”
R: “Wah ternyata kau sudah menikah kawan, tak kusangka kau lebih cepat laku daripada aku. Mana istrimu?”
D: “Kurang ajar, kamu nganggap aku jelek banget kah sampai bilang tidak menyangka aku sudah laku duluan.?
R: “Bercanda Kawan, santai. Mana istrimu? jangan bilang kamu bohong sudah menikah.”
D: “Tuh, dia masih khusyuk berdo’a di atas makam orangtuanya.”
D: “Oh iya, kamu ada pekerjaan tidak di perusahaan kamu? Aku sedang membutuhkan pekerjaan yang menghasilkan gaji tetap. Jualan seperti ini selama dua tahun lebih, tidak membuahkan hasil yang signifikan bagi perekonomian keluargaku. Kadang kalau lagi sepi, rugi juga daganganku tidak jadi uang meskipun tetap masih bisa jadi lauk pauk untuk aku makan”
R: “Wadduh, maaf perusahaanku saat ini sedang tidak membuka lowongan. Kamu juga tau kan, restauran yang aku kelola kini tinggal satu, 5 cabang yang sudah susah-susah aku kembangkan harus vailid gara-gara pandemi Covid. Jadi jumlah koki di restauranku ya tidak bisa banyak, kami sudah punya koki kepala dan assisten koki di dapur.”
D: “Ya tidak harus jadi koki juga kan Ben, aku juga kurang menguasai masakan-masakan modern, aku cuma bisa bikin fried chicken. Haha…”
R: “Ya masa aku menawarimu sebagai pencuci piring atau OB di restauranku, ketika sekolah kan aku tahu kamu itu murid yang berprestasi paling pintar. Sementara aku cuma murid Badung. Haha..”
D: “Ya jadi OB pun aku mau Ben, apa saja deh, aku benar-benar sedang membutuhkan pekerjaan.”
R: “Ya kalau kamu mau, ada sih, ya jadi tukang cuci piring. Tapi jika nanti ada pelayan atau assisten koki ku yang keluar, kamu aku prioritaskan untuk menggantikan posisi itu. Gimana..?”
D: “Iya, aku mau. Boleh Ben. Kapan aku bisa bekerja..?”
R: “Kalau beneran mau, nanti seminggu setelah lebaran, kamu datang saja ke alamat ini.” (Ucap Ruben sambil memberikan kartu namanya)
“Ya sudah, aku pulang duluan ya, itu istrimu kasihan nungguin kamu.”
D: “Iya Ben, terimakasih banyak. Aku pasti akan tepat waktu kesana. Kalau tidak jadi, nanti aku hubungi kamu lewat nomor yang ada di kartu namamu.”
Setelah sampai di rumah.
S: “Mas, tadi siapa? Lama banget kamu ngobrol sama dia!?”
D: “Oh, itu teman sekolahku dulu, Ruben namanya. Dia punya restauran di Jakarta. Tadi aku minta pekerjaan sama dia, tapi yang ada cuma lowongan tukang cuci piring Mah.”
S: “Maksudnya kamu mau ninggalin aku buat kerja di kota begitu Mas? (Suara Sita yang lumayan meninggi merasa kaget)
D: “Iya Mah, biar aku punya penghasilan tetap. Nanti enak kan bisa ngirim uang ke kamu tiap bulan. Biar kamu bisa memanjakan diri dan beli apa yang kamu inginkan.”
S: “Tapi Mas, nanti aku tinggal sendirian di rumah. Memangnya kamu tega ninggalin aku?”
D: “Ini kan demi keluarga kita, sayang. Agar perekonomian kita lebih maju.”
S: “…….” (Sita hanya diam seribu bahasa ketika suaminya sudah mulai membahas masalah perekonomian, karena memang dia sadar ekonomi keluarganya pas-pasan).
DUA HARI SETELAH LEBARAN
Pada hari Jum’at pagi, Danu memutuskan untuk lebih cepat memulai rencananya menuju Jakarta, tujuannya agar bisa sampai sebelum hari kerja di restauran Ruben.
Setelah berkemas dari semalam, sehabis melakukan malam Sunnah, malem jum’atan bersama Sita istri tercintanya. Pagi sebelum matahari terbit Danu sudah berpamitan dengan istrinya untuk segera berangkat dari Cianjur menuju Jakarta.
Namun mendengar info kemacetan parah dari arah Jonggol dan Puncak, maka Danu memutuskan untuk ke Jakarta lewat jalan Tol dari arah Bandung, karena dari info yang diterima , arah ke Bandung tidak terlalu macet.
Beberapa Jam setelah sampai di daerah terminal di Bandung, Danu iseng-iseng meminta foto kepada Sita, istri solehahnya itu lewat WA nya. Sambil menunggu Bis yang akan ditumpanginya datang.
D : P (pesan WA)
S : “Iya Mas, ada apa? Kamu sudah sampai mana? Kamu baik-baik saja kan?”
D : “Enggak sayang, aku oke. Anu, aku boleh minta foto kamu gak buat di HP aku. Baru sebentar berpisah aku sudah kangen aja.”
S : “Hemmmm.. kamu, makanya kalo gak sanggup jauh dari aku jangan pergi kerja jauh-jauh. hehe”
(Lalu Sita pun langsung mengirim foto selfie dirinya kepada Danu, foto dirinya saat ini, dengan jilbab yang selalu dikenakannya).
D : “iihh.. kamu ya. Masa ngirim fotonya yg biasa.”
S : “Terus,,, kamu pengen foto kaya gimana donk?”
D : “ya, foto yang hot dong. Biar aku disini gak melirik cewek lain. Kalo kangen tinggal lihat fotomu. Minimal buka jilbab kek.”
S : “aku kan belum pernah foto gak pake jilbab Mas.”
D : “Ya udah kalau gak mau, jangan salahin aku kalo aku ngelirik cewek di luaran sana.”
S : “eh kok gitu sich Mas.”
(Danu pun tidak membalas pesan istrinya itu)
S : “Mas, hello…” “Kok gak bales lagi Mas..”
“Jangan marah dong, iya iya, aku foto sekarang.”
(Sita pun membuka kerudungnya dan selfie tanpa berhijab, lalu mengirimkannya kepada suaminya)
S : “Tuh udah Mas fotonya, bales dong. Kok malah merajuk begitu.”
D : “Ya elah sayang, foto begitu mah masih biasa, ini Deket aku aja di Terminal banyak cewek yang lebih hot dari itu sekarang.”
S : “Ehh kamu ya, belum sampai ke Jakarta aja dan baru pisah bentar aja udah berani lirik cewek lain.”
D : “Salah kamu, gak mau kirimin foto hot buat aku..”
S : “ya udah, ya udah.. bentar aku ganti baju dulu pake baju dines yang kamu kasih sebelum puasa.”
SEMENTARA ITU, di Terminal, Danu yang sedang asyik chatting, tiba-tiba saja HP yang sedang dia pegang dijambret oleh seorang pemuda. Danu pun lekas memburu mengejar jambret tersebut, hingga beberapa menit berlari jambret tersebut berhasil dia tangkap di daerah yang cukup sepi. HP nya berhasil dia rebut kembali, meski akhirnya jambretnya berhasil meloloskan diri.
Namun ketika dia berbalik kembali ke arah terminal sambil ngos-ngosan, baru saja berbalik tiba-tiba…
DuuuUUAAAAARRRRRrrrr…….. Dia tertabrak oleh mobil sedan yang kecepatannya lumayan kencang, mobil itu pun kabur dan Danu tergeletak bersimbah darah di jalanan aspal.
Tidak berselang lama, ada sebuah mobil mewah melintas, sang pengemudi melihat Danu tergeletak tidak ada yang menolong, dia pun lekas membawa Danu ke rumah sakit terdekat. Dia juga mengamankan Tas yang dipakai Danu, juga Handphone yang masih melekat di tangan Danu.
Ketika orang itu mengambil HP nya, ada notif pesan yang masuk ke HP Danu. “Tiinnnggg….”
Dia pun membuka pesan tersebut, karena ternyata HP Danu tidak memakai kunci layar, dengan mudah dia membuka pesan tersebut. Ketika dibuka, ternyata seseorang mengirimkan sebuah foto seksi perempuan. Ya foto itu adalah foto Sita, istri Danu.
Lelaki yang menolong Danu pun segera memasukkan Handphone itu ke sakunya, dan membawa Danu dengan mobilnya ke arah rumah sakit.
BERSAMBUNG…
Teringat pesan bang Napi,
*Kejahatan Terjadi Bukan Hanya Karena Niat Pelakunya, Tapi Juga Karena Ada Kesempatan. WASPADALAH.. WASPADALAH..!!*
Siang itu, di sebuah Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung, seorang lelaki tengah berbincang dengan seorang dokter. Lelaki itu ialah orang yang telah menolong Danu, namanya Indra Wirawan, dan ternyata adalah seorang jutawan. Jutawan bukan sembarang jutawan, karena dia menjadi orang yang banyak uang lewat bisnis-bisnis seperti diskotik, rumah bordir atau lokalisasi, serta beberapa salon kecantikan yang mempunyai cabang di berbagai kota.
Kembali kepada nasib Danu sekarang, ternyata Danu berhasil terselamatkan nyawanya karena Indra buru-buru membawanya ke RS untuk mendapatkan pertolongan pertama, meskipun pendarahan banyak di kepala, ternyata nyawa Danu masih tertolong berkat kesigapan Indra. Namun, hingga saat ini meskipun Danu tidak meninggal, dia masih belum sadarkan diri.
Indra pun inisiatif membuka Tas Danu yang dibawanya saat kecelakaan, berharap ada identitas dan alamat orang yang telah ditolongnya ini.
I: Indra
I : *Oh, ternyata namanya Danu. Danu Yudistira, kasihan sekali kamu, sudah menjadi korban tabrak lari.* (Dalam hati Indra berbicara)
Dari barang bawaan Danu yang dilihat Indra, Indra melihat banyak pakaian ganti dan menemukan sebuah kartu nama (alamat Restauran Ruben), serta di dalam dompet lnya ditemukan uang sebanyak 1 juta rupiah juga KTP dan SIM milik Danu.
I : *wah ternyata masih dekat dengan Bandung alamat rumah si Danu ini. O iya, aku juga kan menyimpan HP milik orang ini.* (masih berbicara dalam hati)
Indra pun mengeluarkan HP dari sakunya, dan ternyata banyak sekali notif pesan WA dari kontak yang dinamai ‘Sita Sayangku’.
Salah satu pesannya dia baca {“Mas, kok gak bales terus sich, itu aku udah kirimin foto seksi aku, kok masih belum mau bales sich?”}, setelah tadi sempat dia ketika membuka pesannya melihat si Sita ini mengirimkan foto seksinya, Indra pun penasaran ingin mengetahui siapa si Sita ini. Ada hubungan apa dengan Danu, orang yang dia selamatkan.
Setelah membaca dan menscroll pesan-pesan lama diantara Danu dan Sita, Indra pun kini mengetahui bahwa Sita adalah istri dari Danu. Dan yang membuat Indra tertarik adalah Sita ini orangnya berhijab, dimintai foto oleh suaminya pun harus sedikit dipaksa oleh suaminya. Namun beruntungnya Indra, karena dia menjadi orang pertama yang melihat tubuh seksi milik Sita yang dikirimkan oleh istri Danu tersebut.
Bahkan Danu sendiri belum mengetahui kalau istrinya mau berfoto seksi dan mengirimkannya kepada dirinya karena keburu asa jambret dan lalu tertabrak.
Indra yang awalnya tidak mempunyai niatan jahat pun, yang awalnya sekedar menolong orang kecelakaan, kini mulai tergoda oleh kecantikan dan keseksian Sita, istri Danu.
Ketika sedang fokus-fokusnya melihat foto seksi Sita, Indra dikejutkan oleh tepukan seorang suster di RS.
Str: Suster
I : Indra
Str : “Permisi Bapak, apakah Bapak saudara atau keluarga dari pasien yang kecelakaan tadi?”
I : “oh, bukan Sus. Tapi mengenai biaya perawatan pasien, biar saya yang tanggung.”
Str: “oh baik kalau begitu, silahkan bapak ke bagian administrasi, dokter juga sudah menunggu di ruangan, ada yang perlu disampaikan kepada keluarga pasien.”
Indra pun mengiyakan dan pergi ke bagian administrasi untuk mengurus biaya pengobatan Danu, lalu ke ruang dokter yang memeriksa Danu. Dokter pun menjelaskan bahwa kondisi Danu sangat kritis, bahkan dokter tidak tahu kapan Danu akan siuman atau sadar, karena kondisi Danu sekarang sedang dalam masa koma. Dokter bilang, orang koma bisa sadar dalam hitungan hari, bisa juga sampai belasan tahun dalam beberapa kasus yang terjadi.
Dokter : “Pendarahan di kepala pasiem sangatlah parah, sehingga membutuhkan tindakan operasi secepatnya, namun biaya operasi yang diperlukan tentu sangatlah mahal.” Ucap si dokter
I : “Lakukan saja Dok, masalah biaya biar saya yang tanggung.” Tukas Indra.
Dokter : “Baiklah, Sore ini kami akan langsung melakukan tindakan operasi terhadap pasien. Silahkan bapak kembali ke bagian administrasi untuk menandatangani dan menyetujui biaya operasi dan sebagainya.”
Indra pun kembali ke bagian administrasi untuk mengurusnya.
Ternyata Indra memang baik juga orangnya, meskipun dia orang yang bekerja di bidang yang bisa dikatakan kurang halal. Namun ternyata hatinya baik. Itu karena dulu dia juga adalah orang yang hidup tidak berkecukupan.
Akan tetapi, di balik sikapnya yang baik itu, tersirat niatan jahat dirinya kepada Sita, istri Danu. Hal itu terjadi karena hatinya tergoda oleh kecantikan dan keseksian di balik hijab seorang Sita yang membuat penasaran.
Dengan iseng, Indra pun membalas pesan Sita yang kembali chat ke HP Danu menanyakan sudah sampai apa belum di tempat kerja.
I : Indra
S : Sita
I : *Oh, ternyata si Danu mau kerja jauh dari istrinya untuk pertama kalinya ya, baru ditinggal sampai Bandung saja dia sudah minta foto seksi istrinya buat kenang-kenangan. Meskipun istri solehahnya di awal tidak mau memberikan fotonya, akhirnya mau juga. Baiklah Sita, sekarang akan aku kerjain kamu agar jadi perempuan binal.* Gumam Indra dalam hatinya.
(Indra berniat berpura-pura menjadi Danu dan membalas pesan-pesan dari Sita, karena sudah membaca pesan chat antara mereka berdua, Indra pun sudah paham panggilan apa dan siapa kepada Sita).
S : “Mas, kamu sudah sampai mana? Kok gak bales terus. Kamu baik-baik saja kan?”
I : “Iya sayang, Mas baik-baik saja. Mas masih di perjalanan, masih di dalam kendaraan.”
S : “Syukurlah, kirain aku kamu kenapa-kenapa, aku khawatir . Ku kira kamu masih marah karena aku gak mau ngasih fotoku. Ku kira kamu langsung berpaling ke cewek yang kata kamu tadi .”
I : “itu kamu berani kirim foto seksi sayang. Apa kamu sudah sering selfie begitu?” Balas Indra penasaran.
S : “Ikh enggaklah, itu karena Mas nya aja tadi marah, dan bilang mau berpaling ke cewek lain. Makanya aku berani-beraniin foto begitu. Tau sendiri kan aku di rumah aja pake hijab.”
I : *oh, ternyata emang Sita ini seorang hijabers* gumam Indra dalam hati.
I : “kamu sekarang masih pakai pakaian yang tadi Sit..?”
S : “Iiihhh, kok manggil ‘Sit’ sich..!?” “Baru juga pisah sebentar sudah berani manggil nama ya. Kamu mah gitu Mas.”
I : *duh, keceplosan segala.* Ucapnya dalam hati.
I : “iya iya, maaf sayang. Kamu masih pake baju yang tadi?”
S : “Udah enggak lah, kan tadi cuma buat foto doang aku pake. Sudah foto langsung aku ganti lagi.
I : “Oh gitu yah, emangnya kamu sekarang lagi paka baju apa?”
S : “Ya baju sebelum kamu berangkat tadi pagi.”
I : “Padahal kamu cantik Loh kalo sering-sering pakai baju seksi, rambut kamu juga bagus.”
S : “Iya tapi kan aurat Mas, nanti kalau aku di rumah gak pake jilbab sama pake baju seksi, pas kamu pergi jualan nanti ada tamu, kegoda sama aku gimana.!?”
I : “kalo ada yang kegoda, ya godain sekalian ” balas chat Indra yang mengatasnamakan Danu.
I : “emangnya kalau aku di rumah, kamu suka seksi juga?”
S : “iiiikh, parah kamu. Istri sendiri disuruh godain orang.” “Ya iya juga sih kalo kamu di rumah juga aku tetep pakaian tertutup, soalnya kamu sering kedatangan tamu kan, mulai dari pak RT, pak RW sampai tetangga dan pelanggan fried chicken kamu… Aku takut auratku dilihat mereka.”
I : *bener-bener alim ini cewek* (pikiran Indra berbicara).
I : “Ya sekali-kali sayang, sedekah mata buat mereka. Haha..”
S : “ikh, kamu makin ngawur bicaranya. Udah ya, aku mau mandi dulu. Hati-hati kamu Mas. Kalau sudah sampai tempat pak Ruben, hubungi aku.”
I : “iya sayang, jangan lupa sebelum mandi, foto dulu ya buat aku.”
S : “gak mau..”
I : “ya udah, aku marah lagi nih, mau nyari cewek yang seksi aja deh di sini.” Goda Indra suami palsunya.
S : “jadi ambekkan kamu sekarang ya, iya iya. gimana nanti aja. Masa mandi bawa HP.”
I : “asiik,, ditunggu foto bugilnya.”
S : “bugil teh apa?”
I : “ya kamu foto gak pake baju, tanpa sehelai benangpun.”
S : “Iiih gila kamu, udah ah aku mandi dulu. Byeeee…”
Indra pun membalas chatnya dengan emoticon peluk cium.
Dia pun harap-harap cemas menunggu apakah Sita berani mengiriminya foto bugil atau tidak.
Sita sendiri kini tidak tahu bahwa yang membalas chatnya, yang dia anggap sebagai suaminya adalah oranglain. Ya, orang lain telah melihat keseksian dan kecantikan dirinya. Sehingga membuat lelaki itu tergoda dan ingin mengerjai dirinya. Bahkan kini berani meminta foto bugil dirinya mengatasnamakan Danu, suaminya tercinta.
BERSAMBUNG…