Waktu SMA aku punya sahabat dekat bernama
Andika. Andika adalah anak seorang pejabat
tinggi di Jakarta pindahan dari Solo. Ia tinggal
di daerah elit. Tak heran rumahnya besar dan
mentereng, berlantai 2 pula. Kamarnya ada di
lantai 2. Sebagai sobat kental, aku biasa main
ke rumahnya, bahkan kadang nginap di sana.
Suatu hari, Andika mengajakku untuk ke
rumahnya usai bubaran sekolah. Katanya ada
sesuatu yang sangat menarik yang ingin ia
tunjukkan padaku. Kupikir ia punya mainan
atau komik baru kiriman dari kakaknya yang
tinggal di Amerika. Andika memang hobi
mengoleksi mainan mobil model dan komik
superhero.
Dugaanku salah.
Ketika tiba di rumahnya, ia langsung
mengajakku ke gudang yang letaknya di bagian
belakang lantai 2 rumahnya. Di gudang tempat
menyimpan kardus-kardus bekas pembungkus
barang eletronik itu ia menunjuk sebuah lubang
bekas tempat memasang exhaust fan yang ada di
salah satu dindingnya. Lubang itu saat itu
ditutup dengan kawat kassa halus, sehingga
keadaan di luarnya bisa terlihat meskipun agak
samar. Lewat lubang itu siapapun bisa melihat
halaman belakang rumah tetangga sebelah kiri
rumah Andika.
Andika cerita kalau waktu tidak masuk sekolah
kemarin ia mencari-cari sesuatu yang di simpan
di gudang. Saat itulah sayup-sayup Andika
mendengar suara yang “mencurigakan”. Karena
penasaran, ia ambil kursi dan melongok lewat
lubang udara. Ia kaget karena melihat
pemandangan menakjubkan, di mana seorang
laki-laki agak gemuk berbaju safari hitam
dengan celana melorot sedang beradegan intim
dengan seorang perempuan bertubuh kecil, tapi
berdada besar. Si perempuan duduk
mengangkang di atas mesin cuci, sementara si
laki-laki berada di depannya sambil bergerak
maju mundur sambil tangannya bergerilya di
balik T-shirt si perempuan. Kejadiannya sekitar
jam 3 sore.
Mendapat sharing cerita begitu tentu saja
membuatku bersemangat. Aku langsung naik ke
kursi untuk membuktikan cerita Andika.
Ternyata kawat kassanya sudah berlubang
dengan diameter sekitar 5 cm hasil ulah Andika
yang ingin melihat lebih jelas. Saat mengintip
Andika meninggalkanku untuk mengambil sesuatu
di kamarnya.
Melalui lubang udara itu memang jelas terlihat
suasana halaman belakang rumah tetangga
Andika. Halaman belakangnya lumayan luas. Ada
2 mesin cuci merapat di dinding belakang rumah.
Bila melihat situasinya, memang memungkinkan
melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi di
sana karena terdapat titik-titik lokasi yang
mendukung. Tapi adegan yang kuharapkan
terlihat tidak terjadi. Tak ada siapapun di sana,
tapi sayup-sayup aku bisa mendengar suara
obrolan wanita dari salah satu ruangan yang
ada di belakang rumah mewah itu.
Andika kembali dengan membawa sebuah
teropong, tapi aku katakan padanya kalau tidak
apa-apa di sana. Dan sampai sore kami
nongkrong di gudang itu tak terjadi sesuatupun
seperti yang diceritakan Andika. Mungkin kedua
orang itu tidak punya kesempatan untuk
melakukan lagi.
Hari-hari berikutnya, setiap bubaran sekolah
aku rutin ikut Andika pulang ke rumahnya
dengan harap-harap cemas dan harus berbohong
kepada mama kalau aku belajar kelompok.
Meskipun selama beberapa hari berada di rumah
Andika aku belum berhasil mendapatkan yang
kuinginkan, tapi setidaknya aku bisa selalu
makan enak, he he he.
Hingga akhirnya keberuntungan pun datang
padaku. Dengan menggunakan teropong aku bisa
melihat jelas kedua orang berlainan jenis itu
mengumbar birahi mereka. Kali ini mereka tidak
beraksi di atas mesin cuci, tapi agak ke pojok
dekat tanaman. Meskipun agak terhalang
tanaman dan jemuran, adegan oral yang
dilakukan si perempuan terhadap si laki-laki
terlihat cukup jelas.Si perempuan jongkok di
depan si laki-laki yang sesekali celingak-
celinguk mengawasi keadaan sekitar dan sekali-
sekali merem-melek merasakan hisapan si
perempuan.
Andika tampaknya tak sabar menunggu giliran
untuk ngintip. Ia mengambil satu kursi lagi dan
kami pun berbagi lubang udara untuk
menyaksikan adegan dewasa tersebut.
Setelah beroral ria, si laki-laki menyuruh si
perempuan membungkukkan tubuh dan
menyingkap roknya sementara si laki-laki mulai
melakukan serangan dari belakang. Kutaksir si
laki-laki berusia sekitar 40 tahunan, dan
melihat seragam safari yang dikenakannya, ia
mungkin seorang sopir di rumah itu. Sementara
si wanita, usianya kira-kira 25 tahunan,
berkulit putih bersih dan dari gayanya
berbusana, mungkin ia seorang pembantu rumah
tangga.
Adegan selanjutnya, si laki-laki tampaknya
menyuruh si perempuan berbaring di celana
panjang si laki-laki yang digelar di rumput lalu
mulai lagi menyerang. Tapi adegan ini tidak
berlangsung lama. Baru beberapa goyangan si
laki-laki sudah mencabut miliknya dan
menyemprot rerumputan dengan cairannya.
Tanpa banyak cakap keduanya langsung
membenahi pakaian mereka dan bersikap seolah
tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya Andika punya handycam, tapi
disimpan orang tuanya. Handycam baru
digunakan saat mereka pergi berlibur ke luar
kota atau ada acara keluarga. Andai Andika
sempat merekam adegan itu, mungkin sekarang
sudah beredar di youtube.
Acara ngintip menjadi agenda tetapku setiap
kali aku main ke rumah Andika. Cuma
sayangnya, sulit memprediksi kapan adegan syur
itu terjadi, sehingga lama-lama kami bosan
menunggu. Sampai kami lulus SMA, hanya 3 kali
aku ketiban rejeki nonton adegan mesum mereka
di halaman belakang rumah sang majikan.
Entah bagaimana kelanjutan hubungan sopir dan
pembantu itu, Andika sendiri pun tak tahu dan
tak mau tahu. Hal ini wajar, karena di
lingkungan elit seperti itu, meski bersebelahan
rumah sekalipun, penghuninya tak saling peduli.
Andika. Andika adalah anak seorang pejabat
tinggi di Jakarta pindahan dari Solo. Ia tinggal
di daerah elit. Tak heran rumahnya besar dan
mentereng, berlantai 2 pula. Kamarnya ada di
lantai 2. Sebagai sobat kental, aku biasa main
ke rumahnya, bahkan kadang nginap di sana.
Suatu hari, Andika mengajakku untuk ke
rumahnya usai bubaran sekolah. Katanya ada
sesuatu yang sangat menarik yang ingin ia
tunjukkan padaku. Kupikir ia punya mainan
atau komik baru kiriman dari kakaknya yang
tinggal di Amerika. Andika memang hobi
mengoleksi mainan mobil model dan komik
superhero.
Dugaanku salah.
Ketika tiba di rumahnya, ia langsung
mengajakku ke gudang yang letaknya di bagian
belakang lantai 2 rumahnya. Di gudang tempat
menyimpan kardus-kardus bekas pembungkus
barang eletronik itu ia menunjuk sebuah lubang
bekas tempat memasang exhaust fan yang ada di
salah satu dindingnya. Lubang itu saat itu
ditutup dengan kawat kassa halus, sehingga
keadaan di luarnya bisa terlihat meskipun agak
samar. Lewat lubang itu siapapun bisa melihat
halaman belakang rumah tetangga sebelah kiri
rumah Andika.
Andika cerita kalau waktu tidak masuk sekolah
kemarin ia mencari-cari sesuatu yang di simpan
di gudang. Saat itulah sayup-sayup Andika
mendengar suara yang “mencurigakan”. Karena
penasaran, ia ambil kursi dan melongok lewat
lubang udara. Ia kaget karena melihat
pemandangan menakjubkan, di mana seorang
laki-laki agak gemuk berbaju safari hitam
dengan celana melorot sedang beradegan intim
dengan seorang perempuan bertubuh kecil, tapi
berdada besar. Si perempuan duduk
mengangkang di atas mesin cuci, sementara si
laki-laki berada di depannya sambil bergerak
maju mundur sambil tangannya bergerilya di
balik T-shirt si perempuan. Kejadiannya sekitar
jam 3 sore.
Mendapat sharing cerita begitu tentu saja
membuatku bersemangat. Aku langsung naik ke
kursi untuk membuktikan cerita Andika.
Ternyata kawat kassanya sudah berlubang
dengan diameter sekitar 5 cm hasil ulah Andika
yang ingin melihat lebih jelas. Saat mengintip
Andika meninggalkanku untuk mengambil sesuatu
di kamarnya.
Melalui lubang udara itu memang jelas terlihat
suasana halaman belakang rumah tetangga
Andika. Halaman belakangnya lumayan luas. Ada
2 mesin cuci merapat di dinding belakang rumah.
Bila melihat situasinya, memang memungkinkan
melakukan sesuatu secara sembunyi-sembunyi di
sana karena terdapat titik-titik lokasi yang
mendukung. Tapi adegan yang kuharapkan
terlihat tidak terjadi. Tak ada siapapun di sana,
tapi sayup-sayup aku bisa mendengar suara
obrolan wanita dari salah satu ruangan yang
ada di belakang rumah mewah itu.
Andika kembali dengan membawa sebuah
teropong, tapi aku katakan padanya kalau tidak
apa-apa di sana. Dan sampai sore kami
nongkrong di gudang itu tak terjadi sesuatupun
seperti yang diceritakan Andika. Mungkin kedua
orang itu tidak punya kesempatan untuk
melakukan lagi.
Hari-hari berikutnya, setiap bubaran sekolah
aku rutin ikut Andika pulang ke rumahnya
dengan harap-harap cemas dan harus berbohong
kepada mama kalau aku belajar kelompok.
Meskipun selama beberapa hari berada di rumah
Andika aku belum berhasil mendapatkan yang
kuinginkan, tapi setidaknya aku bisa selalu
makan enak, he he he.
Hingga akhirnya keberuntungan pun datang
padaku. Dengan menggunakan teropong aku bisa
melihat jelas kedua orang berlainan jenis itu
mengumbar birahi mereka. Kali ini mereka tidak
beraksi di atas mesin cuci, tapi agak ke pojok
dekat tanaman. Meskipun agak terhalang
tanaman dan jemuran, adegan oral yang
dilakukan si perempuan terhadap si laki-laki
terlihat cukup jelas.Si perempuan jongkok di
depan si laki-laki yang sesekali celingak-
celinguk mengawasi keadaan sekitar dan sekali-
sekali merem-melek merasakan hisapan si
perempuan.
Andika tampaknya tak sabar menunggu giliran
untuk ngintip. Ia mengambil satu kursi lagi dan
kami pun berbagi lubang udara untuk
menyaksikan adegan dewasa tersebut.
Setelah beroral ria, si laki-laki menyuruh si
perempuan membungkukkan tubuh dan
menyingkap roknya sementara si laki-laki mulai
melakukan serangan dari belakang. Kutaksir si
laki-laki berusia sekitar 40 tahunan, dan
melihat seragam safari yang dikenakannya, ia
mungkin seorang sopir di rumah itu. Sementara
si wanita, usianya kira-kira 25 tahunan,
berkulit putih bersih dan dari gayanya
berbusana, mungkin ia seorang pembantu rumah
tangga.
Adegan selanjutnya, si laki-laki tampaknya
menyuruh si perempuan berbaring di celana
panjang si laki-laki yang digelar di rumput lalu
mulai lagi menyerang. Tapi adegan ini tidak
berlangsung lama. Baru beberapa goyangan si
laki-laki sudah mencabut miliknya dan
menyemprot rerumputan dengan cairannya.
Tanpa banyak cakap keduanya langsung
membenahi pakaian mereka dan bersikap seolah
tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya Andika punya handycam, tapi
disimpan orang tuanya. Handycam baru
digunakan saat mereka pergi berlibur ke luar
kota atau ada acara keluarga. Andai Andika
sempat merekam adegan itu, mungkin sekarang
sudah beredar di youtube.
Acara ngintip menjadi agenda tetapku setiap
kali aku main ke rumah Andika. Cuma
sayangnya, sulit memprediksi kapan adegan syur
itu terjadi, sehingga lama-lama kami bosan
menunggu. Sampai kami lulus SMA, hanya 3 kali
aku ketiban rejeki nonton adegan mesum mereka
di halaman belakang rumah sang majikan.
Entah bagaimana kelanjutan hubungan sopir dan
pembantu itu, Andika sendiri pun tak tahu dan
tak mau tahu. Hal ini wajar, karena di
lingkungan elit seperti itu, meski bersebelahan
rumah sekalipun, penghuninya tak saling peduli.