Selanjutnya, belum tau , sharing cerita dulu aja deh
Aku memeluk Putri, istriku, dari belakang, mendekapnya erat dengan mesra seolah-olah malam itu adalah malam pertama bagi kami. Tidak salah juga kalau malam itu adalah malam pertama untuk kami berdua karena untuk pertama kalinya akan ada pria lain yang bergabung dengan kami. Toni, pria yang kami kenal melalui jejaring sosial beberapa bulan sebelum, duduk dihadapan kami berdua, melihat tubuh Putri dengan tatapannya yang penuh dengan nafsu. Menyadari bagaimana Toni menatap Putri dengan penuh nafsu, aku mulai menggerayangi tubuh istriku tersebut dengan kedua tanganku sementara bibirku berkali kali mengecup leher dan pundaknya. Aku dapat merasakan kecanggungan istriku, “Sayang santai saja” ujarku sedikit berbisik sambil terus meraba tubuhnya. Aku memberi tanda kepada Toni untuk menunggu, memintanya untuk menahan birahinya untuk sementara agar Putri tidak kaget dan justru menarik diri. Tubuh Putri dibalut blus putih dan rok hitam selutut, masih sangat seksi untuk umurnya yang telah berkepala tiga untuk 3 tahun, tubuh yang membuatku bangga untuk sekadar memamerkannya hingga saat ini dan membuatku menginginkan lebih dan lebih.
Perlahan tapi pasti aku merasakan nafas Putri memburu, merasakan dadanya turun dan naik semakin cepat seiring dengan desahan lembutnya. Tangan istriku sempat menahan tanganku ketika kancing pertama blusnya kulepas, menggenggam erat pergelangan tanganku untuk beberapa detik sebelum kata-kata lembutku membuatnya membebaskan tanganku. Satu persatu kancingnya terlepas hingga akhirnya blus putih tersebut terbebas darinya, mempertontonkan kulit putih istriku kepada pria lain. Tak lama, rok hitam istriku menyusul blus putihnya, tergeletak tak berdaya di lantai sementara pemiliknya berdiri dengan tubuh nyaris telanjang jika tidak karena pakaian dalam satin hitamnya. Aku memberi tanda kepada Toni untuk mendekat, mengetahui istriku telah terbebas dari keraguannya walaupun aku tetap harus meyakinkannya. Aku terus mengecup leher istriku, “Putri sayang… nikmati saja” kataku perlahan, “Aku sayang kamu” terus menerus kubisikan padanya sementara Toni telah menempelkan bibirnya pada dada istriku. Bra Putri tidak bertahan lama setelah kulepas kaitnya, mengizinkan bibir Toni untuk menyentuh puting Putri dan mengulumnya yang menyebabkan erangan perlahan keluar dari bibit istriku tersebut. Kulitku dan Toni membuat Putri tampak lebih pucat. Kugenggam tangan Putri, menatap matanya yang gelam dan mengangguk perlahan seolah berkata aku mengizinkannya dan menikmatinya tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku.
Aku tidak dapat menggambarkan perasaanku saat itu, perasaan cemburu yang tercampur dengan kegembiraan yang aneh, perasaan menginginkan lebih. Aku menarik tubuh Putri dengan perasaan yang bercampur aduk tersebut, bukan untuk memisahkannya dari Toni tetapi untuk membawa istriku ke tempat yang seharusnya. Aku melepas baju yang membalut tubuhku sambil meminta Toni untuk melakukan hal yang sama. Aku membimbing istriku untuk merebahkan dirinya di ranjang sementara aku duduk disebelahnya diikuti dengan Toni yang duduk dekat dengan kakinya. Aku menyadari kembali kecanggungan pada wajah Putri, melihat ekspresinya ketika untuk pertama kali dia berada diatas ranjang bersama dua pria telanjang dengan kontol yang telah menegang keras. Aku menolehkan wajah istriku kepadaku, “Sayang, lihat aku saja… jangan takut” Kataku kepadanya sambil menggenggam tangannya sementara Toni mendekat kepadanya. “Aku sayang kamu” kembali aku berkata kepadanya ketika Toni sekali lagi menempelkan bibirnya ke puting istriku. Istriku menatapku dengan pandangan matanya yang sayu, terjebak antara kecanggungan bahwa ada pria lain yang sedang menikmati tubuhnya dan kenyataan bahwa suaminya sedang menatapnya dengan lembut. Ekspresi Putri dengan pandangan matanya yang sayu mengingatkanku pada saat aku mengambil keperawanannya belasan tahun yang lalu. Tatapan tersebut membuatku menegang lebih keras, mengeluarkan sedikit air mani yang menyadarkanku bahwa aku memang menikmati… sangat menikmatinya.
Tangan Putri menggenggam tanganku lebih erat ketika Toni menelurusi tubuh istriku dengan lidah dan bibirnya, terus menelusuri hingga Toni pada akhirnya mengecup pangkal paha istriku. Aku mendekatkan wajahku ke wajah istriku, menatap matanya dalam dalam dan mengecup bibirnya dengan lembut untuk mengalihkan perhatiannya saat Toni dengan perlahan tapi pasti membebaskannya dari celana dalamnya. Aku melihat bagaimana Toni melebarkan kedua kaki Putri sebelum membenamkan wajahnya diantara kedua paha istriku, tindakan yang diiringi dengan desahan istriku yang bahkan bibirku tak dapat menahannya. Desahan istriku semakin menjadi-jadi dan nafas memburunya yang hangat terus menerus membelai wajahku saat Toni dengan rakusnya menjilat memek istriku, menikmati saat pria lain terus menerus mengusap daerah pribadi istriku dengan lidahnya. Aku terus menatap mata istriku, menatapnya dengan penuh kasih sayang yang tercampur aduk dengan nafsu dan kesenangan sementara ia menggerakan pinggulnya mengikuti irama lidah Toni. Menit demi menit berlalu tanpa kami sadari, terlarut dalam sensasi baru ini hingga akhirnya erangan tertahan Putri menyadarkan kami. Tubuh Putri mengejang pendek beberapa kali sementara Toni terus menyapukan lidahnya ke memek dan klitoris istriku, memberi tahu kami bahwa Putri mencapai orgasmenya. Kenyataan bahwa istriku telah mencapai orgasme pertamanya dengan pria lain tertanam pada ingatanku, secara aneh membuatku senang. Kami hentikan gerakan kami sementara, membiarkan Putri melayang dalam puncak kenikmatan hingga akhirnya Putri kembali tersenyum kepadaku.
Saat yang secara pribadi aku nantikan telah tiba ketika Toni, sesuai dengan aturan yang telah kita tentukan, mulai memasang kondom pada kontolnya yang menegang sempurna. Mataku bergantian melihat mata Putri, mencoba menenangkannya walaupun tampaknya sudah tidak perlu, dan melihat bagaimana Toni mengarahkan kontolnya ke memek istriku. “Sa…yaang… nggh…” kata-kata yang keluar dari bibir mungil Putri, tidak jelas apakah untuk memanggilku untuk memintaku terus bersamanya atau hanya erangan tak terkontrol saat kontol Toni tanpa kesulitan menerobos masuk ke dalam memeknya. Putri menggenggam tanganku lebih erat ketika, berusaha mengambil nafas panjang namun tertahan oleh erangannya saat batang kontol pria lain menghuni memeknya. Putri hanya dapat mengerang lebih kencang dan menggelengkan kepalanya dengan tak teratur ketika Toni mulai memompa memek istriku dengan batang kontol yang gelap dan berurap. Tanpa sadar, aku berusaha mengimbangi Toni dengan caraku sendiri. Aku mengangkat tubuhku, memiringkan tubuh istriku dan mendekatkan batang kejantananku ke bibirnya. Seperti kesetanan, Putri menggenggam kontolku dengan tangan kanannya dan langsung memasukkan kepala kontolku ke dalam mulutnya.
Aku menggerakkan pinggulku maju dan mundur, mengikuti kocokan tangan istriku, anggukan kepalanya serta hisapan yang kencang dari bibirnya sementara tubuhnya terus terguncang-guncang oleh kerasnya Toni memompa kontolnya keluar dan masuk memek istriku. Aku hampir tidak dapat mempercayai penglihatanku jika saja sensasi kenikmatan tidak terus menerus menghantam diriku. Slep… slerp… slep… slerp terus menerus bergema dalam ruangan bersama-sama dengan erangan kami bertiga, melupakan kenyataan dan terus menerus merenggut kenikmatan yang seolah tanpa habis. Gerakan kami bagaikan terkoreografi seolah itu bukan pengalaman kami yang pertama, bergerak mengikuti naluri liar kami. Tidak terpikirkan oleh kami untuk berpindah posisi, kami hanya terus bergerak maju dan mundur, berbagi kenikmatan antara aku, istriku dan pria lain yang kontolnya terus menghujam memek istriku. Aku dapat merasakan kontolku berkedut kencang seolah-olah berteriak kencang meminta lagi dan lagi dari hisapan bibir istriku sebagaimana kaki istriku yang kembali bergetar hebat seolah hendak memberi tahu kami untuk terus dan terus menghujam dia dengan kontol kami. Pada akhirnya, tidak ada yang dapat dilakukan Putri kecuali bergetar and menggelinjang hebat ketika orgasme keduanya menghajar dirinya tanpa ampun. Badan istriku mengejang kencang sementara bibirnya terus menerus menghisap kontolku kuat kuat, tidak ada lagi anggukan kepala atau kocokan tangannya… hanya hisapannya yang semakin kuat.
Secara bersamaan pertahananku dan Toni runtuh karena tubuh istriku. Toni dengan cepat mengeluarkan kontolnya dari memek istriku, melepas kondom yang membungkus kontolnya tanpa ragu dan, sesuai permintaanku, dia menembakkan spermanya ke tubuh polos istriku. Aku meledak saat tetesan sperma Toni yang pertama menghias tubuh istriku, membiarkan spermaku keluar dari kontolku tanpa ragu. Mataku terbelalak, antara menikmati dan kembali terkejut ketika tanpa terduga istriku membiarkan saya mengeluarkan spermaku dalam mulutnya, suatu hal yang belum pernah diizinkan olehnya sampai saat ini. Putri sedikit terbatuk, belum terbiasa dengan rasa dan tekstur sperma dalam mulutnya, tetapi tampaknya puncak kenikmatan telah membuatnya lupa daratan dan terus menerus menghisap kontolku yang terus mengeluarkan sperma. Aku terduduk dengan perasaan puas begitu pula dengan Toni, berdua kami mengagumi tubuh istriku yang berbalut sperma Toni masih mengejang perlahan sementara lelehan spermaku mengalir keluar dari bibirnya beserta desahan perlahannya.
Aku mengangguk kepada Toni dan membiarkannya berpakaian dan keluar dari ruangan, seperti perjanjian kami, sebelum saya memeluk Putri, istriku. Kembali kuucapkan kata sayang padanya, meyakinkan dan menenangkannya bahwa perasaanku tidak berubah. Tidak banyak yang kami lakukan setelahnya kecuali membersihkan tubuh kami dan tidur berpelukan sepanjang malam, menikmati sisa kenikmatan pada tubuh kami yang perlahan berubah menjadi kehangatan.
Aku duduk di depan laptopku, menatap layarnya sambil menunggu skypeku terbuka. Pikiranku melayang kepada korespondensiku beberapa bulan yang lalu dengan seorang pemuda berumur 24 tahun bernama Andre dari Surabaya. Dia adalah salah satu peminat istriku yang disetujui oleh Putri, istriku, selain karena wajah dan perawakannya yang lumayan, dia pun cukup sopan selama berkomunikasi dengan ku dan istriku.
Layar Skype terbuka, saya melihat nick istriku masih offline ketika pikiranku kembali melayang. Kami cukup sering berkomunikasi hingga istriku merasa dekat dengan Andre sampai kita tidak berkeberatan untuk bertukar foto bugil kami dan berniat untuk melakukan threesome. Apa daya, kesempatan kami untuk kontak darat belum dapat dilakukan hingga minggu lalu istriku diberi tugas selama 4 hari oleh kantornya ke Surabaya. Aku tersenyum senang saat istriku menganggukan kepalanya saat saya sampaikan rencana yang akan kami lakukan pada malam terakhirnya di Surabaya. Itu sebabnya sekarang saya menatap layar laptopku, menunggu.
Nick Putri online tak lama sebelum undangan video call muncul di layarku. Aku menerima undangan video call tersebut, menunggu sebentar sebelum wajah istriku muncul dilayar.
“Bisa jelas keliatan, Yang?” tanya Putri kepadaku, “Kedengeran?” lanjutnya yang kubalas dengan anggukan dan konfirmasi. Mataku tak bisa lepas dari tubuh mungilnya yang tertutup dengan t-shirt tipis hitam dan celana pendek saat dia mengatur posisi laptopnya.
“Gimana Surabaya?” tanyaku sedikit berbasa basi.
“Panas” jawabnya singkat dengan tawa kecilnya yang renyah serta senyum manis yang menghias bibirnya.
“Andre udah datang?” lanjutku, diikuti dengan senyum malunya.
“Udah, itu lagi mandi” katanya diikuti dengan hening sesaat sebelum Putri melanjutkan kalimatnya, “Kamu yakin Tra? Dia boleh… mmm”. Putri tidak melanjutkan kalimatnya tetapi hanya tersenyum malu.
“Iya boleh, kan syaratnya aku boleh lihat” Kataku, memberikan izinku sambil tersenyum nakal.”Udah, coba sono duduk diranjang, aku pengen liat posisi kameranya udah pas belum”. Perbincangan kami selanjutnya tidak banyak, hanya memastikan posisi kamera laptop Putri pada posisi yang tepat setelah itu aku memintanya untuk duduk diranjang sambil menunggu. Sambungan skype kami saat itu cukup menurutku, sedikit terputus sesekali tetapi masih memungkinkanku melihat gerakan Putri, aku berharap sambungannya cukup stabil. Pikiranku kembali ketika terdengar suara pintu kamar mandi terbuka diikuti sesosok pemuda bernama Andre yang berjalan ke ranjang hanya berbalut handuk.
Putri dan Andre melihat ke arah layar, mereka terdiam sesaat sampai aku menganggukan kepala untuk mengizinkan mereka melakukan apa yang seharusnya terjadi malam itu. Aku duduk dengan santai, menatap layar laptopku dan menyaksikan apa yang selanjutnya terjadi. Andre melepaskan handuknya dan memamerkan kontolnya yang sudah setengah keras dihadapan istriku. Jantungku berdetak lebih kencang ketika aku melihat bagaimana Putri perlahan menundukkan kepalanya dan langsung memasukkan kontol Andre ke dalam bibirnya yang mungil. Nafasku memburu, cemburu dan senang bercampur saat Putri menjilat, menghisap dan mengocok kontol Andre, membuatnya semakin mengeras didalam mulutnya. Suara mereka tidak begitu jelas namun otakku membayangkan desahan lembut Putri, desahan yang dia selalu lakukan saat mengulum kontolku tetapi sekarang hanya kontol Andre dalam mulutnya. Tangan kiri Putri mengelus-elus biji pelir Andre, membuat Andre beberapa kali tampak terkejang perlahan sementara tangan Andre mulai meraba-raba tubuh istriku, memainkan putingnya dari balik bajunya.
Kontolku telah mengeras sempurna, membentuk lengkungan yang jelas pada celanaku. Aku mengeluarkan kontolku dan mulai mengocoknya perlahan, seperti bermasturbasi pada film porno yang dibintangi oleh istriku sendiri. Aku melihat Andre mulai melucuti pakaian istriku di sela-sela hisapannya pada kontol Andre, menanggalkan t-shirt Putri serta celana pendeknya hingga payudara dan kemaluannya tampak pada layar laptopku. Pemandangan tersebut membuat darahku berdesir, menyebabkan air maniku keluar dari kemaluanku yang menandakan betapa terangsangnya aku. Aku terus mengocok kontolku
seirama dengan hisapan Putri pada kontol Andre, seirama dengan nafasku yang memburu.
Tak lama berselang, Andre menarik pinggulnya, mengeluarkan kontolnya dari bibir istriku . Putri menatap wajah Andre sementara tanganya terus mengocok kontol Andre perlahan. Aku melihat Andre membuka mulutnya, tampaknya dia mengucapkan sesuatu tetapi tidak jelas terdengar pada speaker laptopku. Aku hanya dapat melihat Putri, istriku merebahkan tubuh bugilnya di ranjang sementara Andre memasang kondom pada kontolnya. Adegan selanjutnya membuatku kehilangan pikiran saat Andre dengan sigapnya mengambil posisi diatas Putri dan langsung menghujamkan kontolnya kedalam memek Putri yang tampak menerimanya dengan senang hati. Erangan Putri terdengar jelas pada speakerku, tidak kencang tetapi cukup memberi tahu diriku kalau Putri menikmati setiap gerakan yang dilakukan Andre.
Pinggul Putri naik turun mengikuti irama pompaan Andre, tampak jelas bahwa memeknya sangat basah yang menandakan dia sangat terangsang. Stamina pemuda 24 tahun ini memang berbeda, gerakannya kasar dan keras tanpa henti, membuat tubuh Putri bagai terbanting-banting saat Andre menyetubuhinya. Dada Putri turun naik dengan cepat seperti tidak diizinkan bernafas oleh nafsu Andre. Aku hanya dapat mengocok kontolku dengan lebih cepat, perasaanku campur aduk antara bertanya mengapa aku mengizinkan hal ini terjadi bersamaan dengan menikmati setiap erangan Putri. Aku melihat kaki Putri mengejang serta tubuhnya menggelinjang setalah beberapa lama Andre memompakan kontolnya keluar dan masuk memek Putri. Putri orgasme sempurna dengan hebatnya, orgasme oleh kontol pria lain sementara aku suaminya hanya dapat menatap dari layar laptop.
Andre hanya memberikan satu menit untuk istriku untuk menikmati orgasmenya sebelum dia membantu istriku untuk merubah posisi tubuhnya untuk menungging menghadap ke kamera laptopnya. Aku menatap wajah istriku, memperhatikan ekspresinya di sela-sela pecahan pixel akibat sambungan skype yang sesekali terganggu. Aku tanpa sadar tersenyum saat melihat istriku kembali berteriak nikmat dan mengerang ketika Andre menyetubuhinya dari belakang. Aku tidak dapat melihatnya dari layar laptopku tetapi aku tahu kontol Andre kembali menghujam memek istriku tanpa henti. Aku memastikan kontol dan tanganku yang mengocoknya keras tertangkap oleh kamera laptopku, menunjukkan kepada istriku apa yang sedang kulakukan sambil menyaksikannya disetubuhi oleh pria lain.
Aku dapat melihat mata istriku menatap langsung padaku walau sesekali terpejam seolah berusaha melawan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Payudaranya tampak mengayun mengikuti kekuatan gerakan Andre seolah tanpa henti memberitahuku betapa kuat stamina pemuda yang berumur satu dekade lebih muda dariku ini.
“Kamu suka, Yang?” tanyaku menggoda, sedikit berteriak melawan kencangnya erangan Putri.
“Suk… suka… Tra… argh…” jawabnya diantara sengalan nafasnya, diantara jeritan nikmatnya. Hanya itu yang bisa dijawab oleh Putri sebelum dia kembali orgasme, tubuhnya bergetar hebat sementara Andre terus memompanya dari belakang. Erangan Putri terhenti hanya ketika tubuhnya mengejang diikuti dengan erangan Andre yang menandakan dia telah ejakulasi bersamaan dengan orgasme kedua Putri. Andre tampaknya mengeluarkan semua
spermanya didalam memek istriku, yang pastinya akan memenuhi liang kemaluan Putri jika saja tidak ada kondom yang membungkus kontol Andre. Aku pun tidak dapat bertahan lebih lama, memuntahkan semua spermaku dan terus mengocok kontolku seolah memastikan tidak ada sisa didalam biji pelirku.
Aku terus menatap wajah Putri dan sebaliknya walah hanya melalui layar laptop sementara Andre melangkah menjauhi ranjang. Tidak tahu apa yang dilakukan pemuda itu, perhatianku hanya tertuju pada Putri yand baru saja disetubuhi kembali oleh pria lain. Tidak ada kata-kata lebih lanjut, kami hanya membiarkan laptop dengan skype terus menyala, membiarkan Andre terus menerus menyetubuhi Putri dengan stamina mudanya dan membiarkan aku menonton mereka sepanjang malam.