Sekedar berbagi. Masih nubi gan, maaf kurang detil.rada kurang inget detilnya. Nulis dari hape jadul. Jadi mesti nyambung ke bawah.mohon saran dan kritiknya. **** Aku mengenalnya ketika aku sekolah di kota P. Dia adalah seorang guru yg juga mengajar di sekolah tempat ku belajar. Cantik bukanlah kata yg tepat untuk menggambarkan dirinya.yah, kau tahu, beberapa wanita yg memiliki aura keibuan akan selalu memikat.bukankah selalu begitu? Panggil dia Bunda Dee.aku cukup akrab dengannya.baik dilingkungan sekolah, maupun diluar. Dia baik dan cukup perhatian untuk ukuran seorang guru. Bahkan, ketika aku bertengkar dengan pamanku dan memilih untuk kost, dia menawarkanku untuk tinggal dirumahnya. Dan kupikir, pilihanku itu mengawali semua hal gila dan indah nantinya. Crazy stupid love aku ingat, malam itu suami bunda Dee, Pak Dedy dan puterinya Zahara menginap di rumah ibunya yg tengah sakit. Kami berdua dirumah. Aku dan bunda Dee punya beberapa kesamaan yg membuat kita akrab. Diantaranya buku dan Insomnia.jadi tak heran, meski waktu telah menunjukkan pukul 22.30, kita masih terjaga, tiduran didepan TV. ” Aa, ga risih kan, bunda minta ditemenin nonton?” tanya bunda. ” nggak kok, bunda.kenapa gtu?” aku balas bertanya. “takut aja Aa risih.” jawabnya singkat. Dia menghela nafas. Aku tahu, dia ingin bercerita, namun masih merasa ragu. Aku pun bergeser,berbaring disampingnya. Dia hanya tersenyum dan sambil membelai rambutku. “dasar bayi gede.” celetuknya. Lalu mengelitiki pinggangku. Aku tergelak, lalu membalasnya. ” tidur yuk, sini bunda kelonin “. Aku mengangguk dan lalu memeluknya. ” bunda sayang kamu, Aa. Dari pertama liat di sekolah juga bunda merasa seolah nemu anak yg udah lama hilang.” ujarnya. Aku tersenyum, lalu mengecup keningnya. ” aku juga sayang bunda”. Aku tahu, semua ini berlebihan.meski beliau sudah kuanggap sebagai ibuku sendiri dan sebaliknya.aku sadar ini tak seharusnya terjadi.karena aku, meskipun baru berusia 19 tahun, tetap telah menjadi pria dewasa yg matang secara biologis dengan kondisi mental yg tengah labil. Aku sadar aku mulai terangsang karena hangatnya pelukan bunda. Karena saat itu juga, aku refleks menggerakkan bibirku ketika aku membenamkan kepalaku dilehernya. ” Aa nakal deh, jangan gitu dong.” bunda mengingatkan. ” aku cowok, bunda. Bunda juga tahu itu.terlepas dari perasaan yg mengikat kita seperti ibu dan anak, aku juga terangsang dipeluk kayak gini.” jelasku. Bunda hanya tersenyum dan lalu mengecup keningku. ” asal jangan ma cewek lain ya, kasihan mereka.” dan mulai saat itu, bila Pak Dedy dan anaknya menginap dirumah ibunya, aku dan bunda selalu tidur bersama.berpelukan.dan kadang aku iseng menggodanya dengan sentuhan.berharap dia akan Horny dan merespon. Hingga suatu malam aku benar-benar tak mampu mengendalikan nafsuku lagi. Seperti biasa, tengah malam aku dan bunda masih terjaga.tiduran, berangkulan. Bunda membelai wajahku, lalu menaruh tanganya di dadaku.dia tersenyum jahil. “Aa horny, ya?” ledek bunda. Aku diam.menatap matanya.tanpa pikir panjang aku mengecup bibirnya. Bunda menggumam dan berusaha menggerakkan kepalanya.aku menahan pipinya sambil menghisap bibirnya. Oh, nikmat. Nafas kami mulai memburu.dan tak kusangka, bunda membalas ciumanku. Awalnya pelan seperti sepasang anak muda yg tengah kasmaran, lalu menjadi penuh gairah.saling menghisap bibir.lidah kami menari. Dan aku mulai mempelai dadanya yg kecil, namun berisi. Kujilati telinganya, lehernya.bunda hanya diam terpejam, melenguh. Tak sabar, kuangkat bajunya dan lalu menghisap putingnya. Bunda pun lalu mendesah, dadanya terangkat. Bunda menjambak rambutku dengan kedua tangannya. ” diemut, Aa. Emmh.. Digigit pe-laan. Terus diemut yg dalem.” pintanya sambil mendesah. Aku pun menurut.membiarkan instingku bekerja. Bunda mendesah panjang ketika aku mencoba menghisap kedua putingnya sekaligus. Lalu aku diam. Dia menatapku.matanya sayu. Tanpa pikir panjang, aku langsung menarik celana tidur dan CD nya. Aku langsung membenamkan mulutku di selangkangannya. Baunya aneh, tapi membuatku pusing dan makin terangsang. Bunda menjerit pelan ketika aku mulai menjilati daging kecil dibelahan bibir vaginanya. ” Aaah. Aa, jangan. Ngilu.” kata bunda. Badannya bergetar. Namun aku tak mengindahkannya dan terus menjilati vaginanya karena cairan bening mulai mengalir dari sana, membuatku semakin bernafsu. Lucunya, meski bunda melarang, tapi pinggulnya bergerak naik turun.seiring dengan jilatanku. Aku mulai blingsatan.makin nafsu. Kutusukkan lidahku makin dalam, dan bunda pun makin bergerak liar.mendesah, menjambak rambutku dan membenamkannya makin dalam. ” Ooh, emmmh.. Belajar .. Dari mana.. Aa? Nikmat banget.. Rasanya ga pengen lepas dari bibir kamu, sayang “. Kata bunda sambil menggeram nikmat, memejamkan matanya. Mendengar kata-kata yg sepintas mirip pujian itu aku makin bernafsu. Aku menjilatinya dengan genjar. Menggigit pelan pahanya. Lalu, yang kuanggap rada gila, aku mengangkat pahanya, menjilati pantatnya dengan rakus. **
** Ku gesekkan lidahku diantara belahan pantatnya. Aku tak peduli soal aromanya atau rasa risih bunda. Meski sedikit menolak, kulihat dia menikmatinya. Bunda mendesah, meremas dadanya sambil mengusap-usap vaginanya yang becek. Aku makin bernafsu. Kujilati lagi lubang vaginanya, kusedot dan kureguk cairannya yg sedikit amis, asin dan memabukkan. ” emmh.. Aa gak jijik? Bunda jadi horny banget liat Aa kayak gitu.” aku tak menjawab. Sambil terus menjilati dan menusuk lubang vaginanya dengan lidahku, sesekali aku meremas kedua bongkahan pantatnya. Bunda menikmatinya. Ia mengangkangkan kakinya dan mengangkat pantatnya. Aku tahu apa yang dia inginkan. Namun aku menyuruhnya untuk membalikkan badannya dan menungging. ” mau digimanain lagi sayang? ” tanya bunda sambil terengah-engah. Dia meremas dada kirinya. Aku tersenyum liar. “aku mau bikin bunda lebih binal dan liar.nikmatin aja, bunda.” tanpa banyak bicara lagi, aku meremas pantatnya, membelah pantatnya. Kulihat analnya yg berwarna merah tua itu mengkerut.ku ludahi lalu kujilati. ” Aaargh.. Aa, ih .. Ga jijik apa? Tapi .. Tapi nikmaaat.. Banget..” kata bunda. Terengah, menahan nafas, menikmati apa yg tengah kulakukan. Lalu sambil menjilati analnya, aku membelai lembut vaginanya. Bunda mendesah panjang, sambil meregangkan pahanya. Lalu kumasukkan kedua jariku kedalam vaginanya. ” Aaah.. Emmmh.. Nikmaat, sayang.. Terus..teruuss.. Kocokin jari kamuu.. Teken jari kamu yg dalem..” aku mengocok vaginanya makin cepat. Dan aku mulai berani menjejalkan lidahku ke lubang analnya. Tak lama kemudian, bunda menegang. Analnya terasa mengkerut di lidahku, dan jariku terasa terhempit. ” Aaaaaaaaah.. Bunda..orgasme…sayang..” terasa menyembur dijari dan tanganku. Cairan bening rada kental itu juga mengucur dari vaginanya. Tak kusia-siakan, lalu aku berbaring diantara belahan pahanya dan mulai meneguk cairan itu. Badan bunda terasa berkedut, sementara aku masih menjilati dan menghisap vaginanya. ” emmh, bunda lemes, sayang.. Sebentar ya..” bunda memutar badannya,mengangkang merebahkan tubuhnya diatasku. Aku lalu mulai memainkan lidahku lagi diselangkangannya. Tiba-tiba bunda menarik celanaku, menggenggam penisku dan mengocoknya. ” gantian, ya..” kata bunda sambil tertawa. Lalu aku tak bisa lagi fokus meneruskan kegiatanku. Karena saat itu juga aku bergetar.merasakan ngilu dan nikmat ketika bunda mengulum kepala penisku. Aku meremas pantatnya dan bunda makin gencar mengoral penisku. ” kurang gede ya, ukurannya?” tanyaku was-was. ” mmm. Mmm!” bunda menggumamkan sesuatu.nikmat rasanya ketika dia berusaha berbicara sedang penisku masih dimulutnya. ” Punya bapak gede, tapi bikin sakit tiap penetrasinya. Punya kamu kayaknya pas buat bunda. Nggak bau juga.” jelas bunda. ” tau dari mana, kalo emang pas?” tanyaku iseng. Bunda tertawa. Lalu membalikkan badannya. Dia menggenggam penisku, mengesekkan ke vaginanya. ” dicoba dong. Kita liat nanti, pas atau nggaknya.” aku menggangguk, memegangi pinggulnya sementara bunda mulai menurunkan pantatnya, menekan ke bawah. “emmmh.. Licin, aa.. Anget banget.. Nikmat..pas banget buat bunda” aku tak bisa menjelaskan dengan baik.yang kurasa hanya nikmat ketika penisku mulai bergesekkan dengan dinding rahimnya yg licin dan hangat.penisku serasa dipijit, digenggam oleh gumpalan daging hangat nan basah. Bunda menggerakkan pinggulnya maju mundur. Aku sesekali meremas kedua payudaranya. Memilin putingnya, kadang menarik-narik putingnya. Kami mulai licin berkeringat. Masih sama-sama mendesah. Kadang menggeram nikmat ketika berciuman sambil terus bercumbu. Ketika bunda merasa lelah, maka aku yg menyodoknya dari bawah. Mencoba menghujamkan penisku lebih dalam. Lebih dalam, lebih basah dan licin, hangat dan nikmat. Tak lama kemudian aku mulai merasa ada menyeruak dari ujung penisku. ” bunda..aku..mau keluar..” bunda menggangguk menciumku sambil berkata ” tahan sayang..emmh.. Emut puting bunda.. Kita keluar bareng ya..” aku menurut, menyodok sambil menghisap putingnya. Tapi aku tahu aku tak bisa lama menahannya. Kubalikan badannya, kuhujamkan makin cepat dan keras. Kuremas dan kuhisap putingnya bergantian. Saat itu juga bunda mencengkram pundakku, kedua kakinya melingkar erat dipinggangku. Menggelegak,mengucur deras didalamnya. Aku menciumny ketika orgasme kami bersamaan. Badan kami menegang.bergetar.berkedut-kedut. Aku terkulai lemas diatasnya. Bunda menjilati leherku, mencium pipiku lalu merangkul leherku. ” its great, honey.. Puas banget.. Ukuran bukan masalah, kan? We just need how to handle it..”. Aku merasa puas mendengar penjelasannya. Ku kecup keningnya, hidungnya, lalu bibirnya. ” aku uda nggak perjaka lagi dong?” tanyaku,menggodanya. ” Bunda sayang Aa.” aku menggangguk.mencium bibirnya sebagai balasannya. * mulai saat itu, kapanpun rumah sepi, kami berdua melakukannya. Kami berkomitmen menjadikan ini rahasia berdua dan tak pernah berusaha menyesalinya. Yah, meskipun saat ini, dia memilih menjauh dan menjalani kehidupannya bersama keluarga kecilnya. End