di UP lagi ya semproter . Malam itu di apartemen Orihime. “Orihime,” bisik shinigami berambut oranye di dekat telinga kekasihnya yang membuat jantung gadis berambut coklat itu berdetak tak karuan. Ichigo melingkarkan tangan kekarnya menyelimuti tubuh mungil kekasihnya. Dia memeluk tubuh indah Orihime dari belakang. “Ichi” Orihime merasa geli karena ciuman Ichigo di telinga kanannya. “Besok hari ulang tahunmu, apa ada yang kau inginkan?” tanya shinigami itu dengan tetap mencium telinga kekasihnya berkali-kali hingga tubuh Orihime agak menggeliat. “Uhmm, aku rasa aku tak menginginkan apapun, sayang,” ucap gadis itu dengan desahan perlahan. Dia merasakan lidah Ichigo sudah membasahi telinganya dan tangannya sudah merambah ke dada besarnya. “Hmm, benarkah?” pancing Ichigo. Dia memindahkan bibirnya ke leher Orihime dan mulai meremas payudaranya. Orihime pun mulai mendesah seirama dengan sentuhan nakal Ichigo. “Sial! Dadanya benar-benar nikmat! Bahkan dadanya lebih besar daripada saat pertama kali aku merasakannya!” pikir shinigami muda itu. “Aaahhh…!!” Orihime menggeliat. “Kau bohong, Hime!” sanggah Ichigo. “Tubuhmu menginginkannya. Menginginkanku. Menginginkan sentuhanku!” tangannya memijat dada Orihime dengan lebih keras lagi seakan dada itu sebuah benda yang begitu kenyal. Bibirnya pun memberikan banyak bekas merah di leher ramping gadis itu. Orihime memutar kepalanya ke belakang dan membuat bibirnya bertemu dengan bibir kekasihnya. “Aku menginginkanmu, Ichigo! Aku ingin menghabiskan malam denganmu!” desahnya. Dia meletakkan jemarinya di atas tangan Ichigo yang memijat dadanya dan membuat tangan Ichigo semakin liar. “Kata itulah yang ingin kudengar darimu!” Ichigo membalas ciuman Orihime. Dia mencium bibir kemerahan gadis itu dengan dalam hingga napas Orihime seakan terambil olehnya. Mereka pun saling bermain dengan lidah mereka. Ichigo membuat tubuh Orihime terapit oleh tubuhnya dan juga meja makan di ruangan itu. Tangan Ichigo pun tergoda untuk membuka kemeja putih yang menutupi tubuh indah kekasihnya. Satu per satu jemarinya membuka kancing kemeja Orihime. Juga membuka pengait bra-nya hingga tangannya dapat menyentuh dada telanjang Orihime dan benda kecil di tengahnya yang sudah mulai mengeras karena pijatannya tadi. “Oooohhh…!” Orihime mendesah tak karuan karena Ichigo mulai mempermainkan putingnya. Jari Ichigo memutarinya dan juga menariknya hingga puting Orihime menjadi kemerahan. Ichigo memindahkan bibirnya ke punggung Orihime dan mencium tiap senti dari kulit punggungnya yang putih dan mulus itu. Tangan kanannya masih tetap setia dengan dada besar yang naik turun itu. Sedangkan tangan kirinya meraba paha putih Orihime yang kemudian menemukan celana dalam berenda pink di dalam rok mininya. Jemari itu mulai masuk ke dalam celana dalam Orihime dan memijat vaginanya. “Ichiaaaaahhhhh!!!” desahnya manja. Tubuhnya mengisyaratkan segala kenikmatan dari tiap sentuhan shinigami berambut oranye itu. Keringat pun mulai bermunculan di tiap pori-pori mereka. Napas mereka pun semakin memburu. Tubuh mereka mulai memanas dan saling menginginkan satu sama lain. “Uhmm, kau… sudah basah, Hime!” rayu Ichigo. Dia menyadari vagina Orihime yang telah basah karena sentuhannya. Ichigo jadi ingin merasakannya. Orihime makin mendekatkan tubuhnya dengan meja sementara Ichigo membuka pantat kencang Orihime hingga dia mendapatkan vagina Orihime yang telah dipenuhi ‘jus’ dan menciumnya. “ICHIGOOO…!” teriak Orihime tak tahan ketika bibir kekasihnya menyentuh bagian terlarangnya. Rasanya cairannya keluar semakin banyak hanya dengan sentuhan bibir kekasihnya itu. Tubuhnya semakin panas. Dia menginginkan Ichigo. “Ichigo, cepatlah! Aku menginginkanmu, sayang!” pintanya manja. Napasnya pun terasa sangat panas. “Ah! Tunggu sebentar
Hime!” Ichigo merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Dia bermaksud menggunakan pengaman sebelum bersatu dengan Orihime. Orihime segera merebut sebungkus kondom yang ada di tangan Ichigo dan membuangnya begitu saja ke lantai. “Orihime?” “Tadi kau tanya apa yang aku inginkan kan, Ichigo? Aku ingin dirimu, Ichigo. Aku menginginkan seluruh dirimu, sayangku! Aku ingin kau berada di dalam tubuhku tanpa suatu penghalang apapun,” pinta Orihime. Mata abu-abunya memandang lurus mata coklat milik Ichigo hingga shinigami itu tak mampu berkata-kata. Orihime mengalungkan kedua tangannya di leher Ichigo dan berbisik di telinganya. “Lakukanlah, sayang!” “Tapi Orihime, bagaimana kalau aku membuatmu hamil?” mata Ichigo terlihat khawatir. Orihime mencium lembut bibir kekasihnya. “Aku tak keberatan selama itu adalah bayimu, Ichigo. Aku sangat mencintaimu, sayang. Aku menginginkan anakmu.” Wajah Ichigo memerah. Dia tak tahu harus berkata apa lagi untuk menghadapi sifat keras kepala Orihime ini. “Aku juga mencintaimu, sayang,” ucapnya sambil mengecup balik bibir Orihime. Ichigo merasa tak bisa menolak keinginan Orihime ketika dia merasakan dada Orihime menekan lembut otot-otot dadanya dan puting Orihime menggesek pelan putingnya. “Aku tak akan menghentikannya sekalipun kau berkata tidak!” tantang Ichigo. “Eh?” bola mata Orihime terbelalak mendengar tantangan Ichigo padanya. Dan, “AAAAAAHHHHH!” Ichigo memasukan penisnya ke dalam vagina Orihime dengan cepat. “Tidak, Ichigo! Kau terlalu cepat! Oooohhhh…!” desahan Orihime makin panjang karena Ichigo masuk makin dalam ke dalam dirinya. “Aku tak akan menerima opinimu, Hime! Kau yang membuatku melakukannya. Kau membuatku ingin selalu berada di dekatmu. Merasakan kehangatanmu. Dan, mengeluarkan spermaku di vaginamu!” bisik Ichigo dengan tangan terus meremas dada besar Orihime dan akhirnya dia pun mengeluarkan spermanya di dalam tubuh kekasihnya itu tanpa penghalang apapun. “Oooooohhhh… Ichigoooo!!” Orihime mendesah dalam karena merasakan sperma Ichigo yang bergerak-gerak di dalam kemaluannya. “Kau menginginkan bayiku kan, Hime?” rayu shinigami berambut oranye itu. Sekali lagi dia berejakulasi di dalam vagina Orihime. “Aaaaaahhhhh…!!” Orihime merasakan sperma-sperma Ichigo melewati salurannya hingga ke tempat ovumnya berada. “Kau bisa merasakannya kan, Hime?” Ichigo mencium dada Orihime yang naik turun seirama goyangan Ichigo padanya. Dia membasahi putingnya dengan air liur. Ichigo menjilati puting yang telah memerah itu dengan penuh nafsu. Dia terlihat ketagihan merasakan dada dan puting kekasihnya. Lalu, dengan giginya, Ichigo menarik puting Orihime dengan keras hingga gadis itu berteriak. “AHHHHH!” teriak Orihime. Dirinya berada antara rasa sakit dan nikmat hingga putingnya yang telah diperbudak Ichigo itu mengeluarkan sedikit cairan. Ichigo ingin merasakannya. Dia ingin lebih merasakannya. Ichigo pun memasukan dada Orihime ke dalam mulutnya dan menyusu padanya, membuat kelenjar mamae Orihime terangsang untuk memproduksi cairan manis itu lebih banyak lagi. Ichigo benar-benar terlihat seperti bayi. “Aaaaaahhhh… Oooooohhhhh… Kau benar-benar hebat, sayang!” Orihime terlihat menikmati permainan Ichigo pada dadanya dan juga penis Ichigo yang terus menggesek dinding vaginanya. “Ichigo! Ichigo! Ichigo! Ichigooo!” Orihime berkali-kali meneriakkan nama kekasihnya itu karena lagi-lagi Ichigo menyerangnya dengan jutaan spermanya. “Hmm?” Ichigo sama sekali tak tertarik dengan teriakan Orihime. Yang ada dipikirannya sekarang hanya menikmati dada yang besar dan lembut itu, juga terus menyerang vagina kekasihnya. “Aaaaahhhh… tidak, Ichigo! Ooooohhhh…!” desah Orihime. Dia sedikit menarik rambut jabrik berwarna oranye itu di sela-sela jarinya. “Kau juga ingin merasakannya, Orihime?” tanya Ichigo. Dia menarik dada besar itu ke atas hingga bibir Orihime dapat meraih putingnya sendiri dan merasakan dadanya yang basah. “Uhhmmm…” Orihime terlihat menyukai putingnya sendiri. Dia berlomba dengan lidah Ichigo untuk memperebutkan nikmatnya putingnya. Hingga akhirnya lidah mereka saling bertemu dan saling terkait. Mereka pun berciuman. Dan Ichigo pun mengeluarkan penisnya dari tubuh Orihime dengan diikuti hentakan keras di tubuh indah Orihime hingga dadanya pun berloncatan. “Kali ini giliranmu, Hime!” pinta Ichigo. “Ya,” Orihime pun menyanggupinya. Dia mencium bibir Ichigo dengan panas hingga bibir mereka serasa menyatu. Kemudian dia memindahkan bibirnya ke pundak tegap Ichigo dan meninggalkan banyak tanda merah di sana seperti yang dilakukan Ichigo padanya. Kemudian bibir mungil itu mulai tertarik pada otot dada Ichigo yang sangat keras itu. Dia menciuminya. Juga mempermainkan puting Ichigo seperti yang dilakukan pemuda shinigami itu padanya. “Oooohhh… kau hebat, Orihime!” desah Ichigo. Dia merasakan kenikmatan dari tiap sentuhan kekasihnya. Akhirnya Orihime
berpindah pada benda di antara kedua kaki Ichigo. Orihime menggenggamnya, kemudian menjilatinya. Dan akhirnya memasukannya ke dalam mulutnya. Memaju-mundurkan penis itu di dalam mulut mungilnya hingga dengan terpaksa Ichigo mengeluarkan spermanya di dalam mulut gadis dengan jepit rambut berwarna biru itu. “Oooohhh… Himeee!!!” desah Ichigo semakin dalam. “Bagaimana, Ichigo?” tanya gadis bermata abu-abu itu. “Hebat!” puji pemuda shinigami. “Tapi, aku masih ingin merasakannya lagi!” Ichigo mencengkeram kedua dada besar Orihime dan mendekatkan penisnya. Dia membuat miliknya diapit di antara kedua dada Orihime yang berat itu. Ichigo memijat penisnya dengan dada Orihime. Terasa sensasi yang begitu lembut dari dada Orihime. “Aaaahhh… Ichigooo!!” Orihime terlihat menikmati penis hitam yang maju-mundur di antara kedua dada besarnya itu. “Oh, aku akan mengeluarkannya, Hime!” pekik Ichigo. Dia segera menarik penisnya dari apitan dada Orihime. “Eh?” Orihime terbelalak ketika Ichigo dengan cepat memutar tubuhnya dan membuatnya terlungkup di atas meja dan pada detik berikutnya penis pemuda itu telah masuk kembali ke dalam kemaluannya. “Ichigooooo!” Orihime meneriakkan pemilik benda yang memasuki vaginanya sangat dalam itu. Jari-jarinya mencengkeram pinggiran meja untuk menahan sensasi gesekan penis pada dinding vaginanya. “Aaaahhhh…!” desah Orihime ketika Ichigo lagi-lagi menyumbangkan jutaan spermanya hanya untuk bertemu sebuah ovum yang sedang menunggu. “Ooooohhhh…!!” Orihime merasa Ichigo melakukannya lagi. Dia berejakulasi lagi di dalam kemaluannya. Sekali lagi. Sekali lagi. Entah sudah berapa kali Ichigo mengeluarkan spermanya di dalam vagina Orihime. “Ichigo! Ichigo! Kalau kau terus mengeluarkannya di dalamku, aku akan benar-benar hamil, sayang!” pekik gadis berambut coklat itu. “Hadiah ulang tahunmu kali ini adalah anakku, Orihime,” ucap Ichigo lembut. Tangannya menyentuh lembut pipi Orihime dan membuat wajahnya menoleh ke belakang dan kemudian Ichigo menekan bibir mungil Orihime dengan bibirnya. Dia seakan mengambil napas gadis itu. “Selamat ulang tahun, sayangku,” bisik Ichigo lembut. Namun berkebalikan dengan kata-katanya yang lembut, penis pemuda itu malah masuk lebih dalam lagi ke dalam vagina Orihime dan lagi-lagi mengeluarkan banyak benihnya di sana hingga Orihime pun tak mampu lagi menahan kenikmatannya dengan mendesah-desah lembut. *** “Apa kau kecapekan, Hime?” tanya Ichigo setelah mereka memutuskan untuk menyudahi kegiatan yang menyita banyak energi itu. Dia melihat Orihime yang terengah-engah setelah diperlakukan begitu brutal olehnya. “Kau menghabiskan seluruh energiku, sayang,” Orihime mengecup lembut pipi Ichigo. “Tapi aku senang dengan kadomu, Ichigo,” bibir mungil itu tersenyum kecil penuh arti dan pipi yang putih itu pun merona merah. Ichigo membelalakkan matanya. Jantungnya berdetak lebih kencang. Rasanya sedikit banyak dia sudah tahu apa yang akan dikatakan Orihime padanya. Orihime meraih tangan Ichigo. Menggenggamnya lembut. Dan meletakannya di atas perutnya yang rata. “Kau bisa merasakannya, sayang? Reiatsumu. Di sini, ada reiatsumu.” Ichigo berusaha mengatur napasnya. “Di dalam rahimku sedang tumbuh malaikat kecil kita, Ichigo.” Jantung Ichigo seakan berhenti berdetak. “Aku hamil, Ichigo. Aku bisa merasakannya. Aku sedang mengandung anakmu, sayang,” ucap Orihime lembut. Di ujung matanya terlihat sebutir air mata keharuan. Ichigo tak mampu menahan kegembiraannya. Dia langsung memeluk Orihime di dalam dekapannya dan kemudian mencium lembut bibirnya. “Aku tak percaya! Aku akan jadi ayah!” ucapnya girang. Tangan Ichigo mengelus lembut perut Orihime. Kemudian pemuda shinigami itu mengarahkan bibirnya ke perut Orihime dan menciumnya. Ichigo menciumnya dengan lembut. Lalu kembali mencium bibir sang calon ibu itu. “Aku ingin memberikan hadiah yang sebenarnya.” “Eh?” Ichigo merogoh saku celananya yang tergeletak begitu saja di lantai ruang makan itu. Dia mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah dan membukanya. Di dalamnya ada sepasang cincin yang terlihat manis dengan desain sederhana. Di bagian dalam cincin yang kecil bertuliskan K. Ichigo, sedangkan di dalam cincin yang besar bertuliskan K. Orihime. “Ichigo .” Orihime merasa ada yang salah dengan penglihatannya. Dia tak berani mempercayai benda yang berada di tangan kekasihnya itu. “Maukah kau menikah denganku, Orihime?” lamar Ichigo. Orihime tak mampu lagi menahan derai air mata keharuannya. “Tentu saja, Ichigo.” Ichigo mengambil cincin kecil itu dari kotaknya dan memakaikannya di jari manis Orihime. “Di cincin ini bertuliskan namaku, Kurosaki Ichigo. Aku berharap aku selalu ada di hatimu dan selalu bersamamu, Orihime.” “Kau tak akan pernah meninggalkan hatiku ini, Ichigo. Hati dan pikiranku hanya dipenuhi olehmu.” Dia mengambil cincin yang besar dan memakaikannya di jari manis shinigami berambut oranye itu. “Dengan begini, aku merasa kau selalu bersamaku, Kurosaki Orihime.” Wajah Orihime merah padam mendengar namanya dipanggil sebagai ‘Kurosaki Orihime’ oleh kekasihnya itu. Kemudian dia memeluk Ichigo. “Terima kasih, Ichigo. Kau tahu aku sangat senang. Aku bisa bersamamu saja sudah bahagia. Aku bahagia karena bisa berada di sampingmu. Aku bahkan bisa mendapatkan cintamu dan menjadi kekasihmu. Sekarang aku bahkan akan menjadi istrimu dan akan menjadi ibu dari anakmu. Tak ada yang lebih membahagiakan dari ini, Ichigo.” Ichigo bisa merasakan dadanya basah oleh air mata Orihime. Tangannya membelai lembut rambut coklat panjang itu. “Aku pun bahagia bisa bersama denganmu, Orihime. Aku bahagia mendapatkan cintamu yang tulus. Dan aku bahagia akan menjadi suamimu. Juga ayah dari anak-anak yang akan kau lahirkan.” “Eh?” Orihime tersentak oleh kata-kata Ichigo yang menyebut anak dengan jamak. “Kau tak merasakannya, Hime? Reiatsuku yang ada di dalam tubuhmu terpecah. Kurasa kita akan memiliki sepasang anak kembar,” senyum di bibir Ichigo merekah. Orihime merasa tak percaya dengan pendengarannya. Tapi mau tak mau yang dikatakan Ichigo memang benar. Dia bisa merasakan reiatsu Ichigo di dalam rahimnya terpecah. Dan itu berarti dia sedang mengandung anak kembar. Tak hanya seorang, tapi dua orang bayi Ichigo! “Aku benar-benar senang, Ichigo!” isak calon ibu itu. “Lalu?” Ichigo berbisik di telinga Orihime. Orihime menatap wajah calon suaminya itu lekat-lekat. “Apa kita akan melanjutkannya di tempat tidur?” tanya calon ayah. Orihime mengangguk. “Tapi, jangan sampai melukai mereka,” ucapnya sambil mengelus perutnya. Ichigo mengecup lembut bibir Orihime dan ikut mengelus perutnya yang masih rata. “Selamat ulang tahun, Orihime.” “Aku sangat menyukai hadiahmu kali ini, Ichigo.” END