JELEGER….!! Suara gelegar halilintar berdebum keras susul menyusul memekakan telinga dan menggetarkan jantung di malam yang dingin itu. Hujan turun begitu deras seakan ditumpahkan dari langit dimana terlihat begitu pekat kian membuat suasana semakin muram di sebuah desa bernama Sawojajar. Tengah malam di waktu hujan deras disertai kilatan api guntur yang menggelora itu seakan ikut merasakan derita seorang wanita yang tengah berbaring di atas ranjang di sebuah rumah sederhana. Wanita itu nampak mengernyit menahan sakit yang nampak jelas tergambar di paras cantiknya. Peluh dan gurat otot menonjol disertai teriakan dan sesekali pekik yang terdengar memilukan membuat siapapun akan merasa miris hatinya. “Ayo Summ…tarik nafas Summ..dorong yang kerasss…!!
…..
“…tarik nafas lagi summm…doronggg…terusss….jangan sampe putusss…”
……
“Ayokk…sudah kelihatan kepalanya Sum…doronggg lagiii…summm…” Wanita bernama Sum itu tak berusaha melihat ke bawah melainkan hanya berusaha menarik nafas sedalam-dalamnya lalu mendorong sekuat tenaga. ‘eeghhh…yahhhh….!!!!! Wanita itu terus berusaha semaksimal mungkin mendorong keluar sesuatu dari dalam selangkangannya. Keringatnya bercucuran dengan raut mukanya begitu tegang. Seringai kesakitan yang sangat begitu jelas terlihat di wajah cantiknya. Mata terpejam erat sekali membuka nyalang berusaha sekuat daya untuk mengeluarkan seorang anak manusia baru dari rahim sucinya. Sementara seorang perempuan muda di sampingnya hanya memandang penuh kecemasan serta raut pucat pasi dengan bibir komat-kamit berharap wanita yang telah dianggap kakaknya sendiri ini sekaligus ia cintai berhasil dalam tugas mulianya. Hingga akhirnya…. “OOOEKKKK…OOOEKKKK…!! Suara pekik tangis anak manusia seketika pecah saat si dukun mengangkat sesosok bayi mungil merah dengan plasenta yang masih terikat. Wajahnya sumringah saat mengangkat bayi merah itu dengan kedua tangannya. “Lihat Sum…kamu berhasil nduk…ucapnya sambil memandang ke arah wanita bernama Sum itu. Sum yang baru melahirkan hanya memandang nanar dengan raut muka begitu lelah. Dipaksakannya untuk tersenyum manakala melihat buah hatinya untuk yang pertama kali. Sejenak dia hanya diam sebelum tangan lemahnya yang nampak gemetar memegang lembut tangan si gadis muda di sampingnya. “Anakmu laki-laki Mbak….”sahut si gadis muda lirih dengan muka lega bercampur sumringah. “Istirahatlah Mbak…”sahutnya lagi sambil membelai lembut rambut Sum dengan penuh kasih. Sum hanya diam sambil memandangi gadis muda lalu membuka mulut memberi kode. “Mbak haus…? “Aini akan ambilkan minum air putih. Tahan sebentar ya mbak….”katanya lagi segera bergegas bangun. Tak lama si bidan bayi yang selesai membersihkan diri dengan bayi merah di pelukannya nampak tertegun menatap tempat tidur di mana Sum tergolek. Bidan itu berdiri mematung disusul Aini si gadis muda telah membawa segelas air hangat ditangannya ikut berdiri di sampingnya. “Mbak Sum…ini minumaaaannn….” Si gadis tak melanjutkan kata-katanya. Matanya memandang tajam ke muka ke arah tempat tidur. Raut mukanya seketika berubah pucat pasi manakala melihat Sum tergolek bak pingsan dengan mata terpejam. Tak ayal si gadis berteriak histeris lalu menghambur memeluk Sum. Kontan saja gelas yang dibawanya jatuh dan pecah berkeping-keping. “Mbakyuuuu…..aaauuuwhhhh….huhuhuuhu…!!! …… “Kau kenapa mbakyuu…?!! …. “Sadarlah mbakkkkk…. mbakyuu Sumini…. mbakyuuuuu….huhuhu..!!! Digoyangkan tubuh lemah itu berulang-ulang dengan kepanikan memuncak. Tapi Sum tetap diam tak bergerak. Jerit tangisan Aini yang histeris sontak membuat si jabang bayi terpengaruh lalu ikut menangis keras seolah merasakan pilu ditinggalkan oleh wanita yang telah mengandungnya. Dipeluknya sosok Sum yang telah terbujur kaku dengan rambut yang terurai. “Jangan pergi mbakyuu…huhuhuuhu….” …… “…jangan tinggalkan Aini sendirian mbakkkk…huk.huk..hukk…” Wajah cantik itu nampak pucat dengan mata terpejam. Tak terlihat tarikan nafasnya hanya bibir tipisnya terlihat seperti menyunggingkan sebuah senyuman. Senyum bahagia untuk yang terakhir kali melihat sang buah hati akhirnya lahir ke dunia dengan selamat. “Aini…Aini…” Si bidan yang ikut larut dalam kesedihan mendalam hanya mampu berusaha menghibur perempuan muda bernama Aini itu. Aini masih memeluk tubuh kaku Sum dengan air mata bercucuran. “Mbakyuu…mbakyuu Sumini…aku…oohhh…kasihan sekali engkau mbak…” …… “Sungguh berat perjuanganmu menghadapi penderitaan yang tak kunjung usai…” ……. “Sekarang akhirnya kau telah terbebas dari belenggu sakit dan pilu…” ……. “Kuberdoa semoga kau tenang di sisi Gusti Kang Maha Welas…’
……..
“Ooohhh…mbakyuu Sumini….ooohhh…” Isak tangis terus terdengar dari bibir mungil Aini yang masih memeluk erat jasad Sumini. Si bidan bayi yang masih terharu melihat pemandangan itu sesaat terdiam sebelum kemudian hendak beralih ke jabang bayi di sampingnya. Namun begitu menoleh alangkah kagetnya dia saat melihat dua sosok asing tepat di samping si bayi. Dua sosok wujud perempuan terlihat di situ. Keduanya sama-sama mengenakan baju. kemben jarik kebaya keraton jaman dulu dihiasi manik-manik layaknya putri bangsawan dengan perhiasan emas berkilau. Keduanya sama-sama berambut panjang hanya saja yang satu berambut lurus indah lebat hingga sepinggul sedang satunya berambut keriting panjang nan kaku. Di atas kepala keduanya nampak semacam mahkota berukir indah menjulang tinggi berwarna kemilau. Sepintas keduanya sama-sama cantik mempesona. Hanya saja paras si wanita berambut lurus terlihat begitu lembut dan ayu penuh welas asih. Berkebalikan dengan wanita satunya yang nampak keras, dingin tanpa ekspresi cenderung bengis. Sorot matanya terlihat sama sekali tidak ramah dan seperti memancarkan sinar keangkuhan begitu nyata terlihat. Si wanita berparas lembut dan satunya duduk tepat di sisi kanan kiri si jabang bayi. Keduanya membelai kulit tubuh serta wajah si jabang bayi bagaikan anak sendiri membuat si bayi mendadak diam dan berhenti menangis. “Cup…cupp…sayang…’ Kata kedua wanita itu berbarengan. “Kau akan mewarisi kedigdayaan leluhurmu cah Bagus…”
“…kekuatan kehidupan dan kematian…hitam dan putih…gelap dan terang…ada bersamamu…”
“Keduanya akan berada di dalam dirimu seiring sejalan sepanjang hayatmu…”
……
“Kau datang tanpa apa-apa dan pergi dengan tangan kosong…kekayaan kehidupan terletak pada bagaimana kau membiarkan pengalaman hidup memperkaya dirimu, cah bagus…”
……..
‘Mugi rahayu mulyaning jagat…Mugi rahayu sagung dumadi…” Selesai berkata-kata keduanya yang masih dalam posisi duduk di samping si bayi mengatupkan tangan di depan dada lalu…slaapp….keduanya lantas menghilang begitu saja dari pandangan. Si bidan bayi yang melihat penampakan gaib itu segera tersadar lalu melihat si jabang bayi. “Hahh…! Kedua mata melebar dengan mulut terbuka melihat si bayi yang tak menangis lagi nampak bersih dan wangi seolah ada yang memandikannya. Tak nampak sama sekali noda bekas darah dan air ketuban di kulitnya yang kini terlihat bersih, putih mulus dan nampak bercahaya. Raut senyum nampak jelas di wajah bayi laki-laki itu dengan matanya yang setengah tertutup serta mulut terbuka mengeluarkan erangan lirih begitu menggemaskan. Dengan jari gemetar si dukun bayi membuka selubung kain yang semula membungkus tubuh si bayi. Degh… Kembali si bidan dibuat terperangah. Alat kelamin si bayi ternyata sudah dalam keadaan tersunat dan tegak berdiri. Sungguh di luar akal sehat. Sepasang mata bidan perempuan berusia sekitar 50 an tahun tak berkedip barang sekejap menatap batang penis mungil si jabang bayi yang seperti tegak dan mengeras. Sungguh aneh bin ajaib. Penis itu seperti memancarkan aura gaib misterius yang menimbulkan daya tarik tak wajar bagi dirinya Yah, daya tarik seksual yang luar biasa bagi perempuan paruh baya itu. Sesuatu yang tak pernah ia alami seumur hidupnya. Tubuhnya yang gemuk nampak bergetar. Jari jemarinya sesaat mendekat hendak memegang ujung penis mungil si bayi yang seolah mengandung magnet mempengaruhi gairahnya sendiri. Gairah seorang wanita berusia setengah baya terbangkitkan begitu rupa secara spektakuler oleh penis bayi laki-laki yang baru lahir. Sungguh di luar akal sehat. Dan yang terjadi berikutnya adalah si dukun bayi merasa alat kelaminnya mendadak basah dan begitu gatal. Kegatalan itu kian menusuk dan menggelora manakala ujung telunjuknya akhirnya menyentuh ujung penis mungil si bayi dan… “Aaaauughhhh…!!! Tubuh si bidan seketika terjengkang ke belakang seperti kesetrum disusul erangan kerasnya. Kejadian berikutnya yang terjadi tak ayal membuat Aini yang semula memeluk jasad Sumini menjadi terkejut setengah mati. “Buuu….buuu Ginahhh…ibu kenapaaa…???!!!!! Pekik Aini begitu cemas melihat bagaimana tubuh gemuk montok dan bahenol perempuan berusia 55 tahun yang mulai memasuki masa menopause itu menggeletar dengan kaki dan tangan mengejang bak terkena epilepsi. Aini yang sontak berjongkok memegangi tubuh Bidan Bu Ginah langsung kaget mendapati kenyataan sesuatu nampak keluar membasahi rok yang dikenakan bidan bayi itu. “Ookhhh…tempikkkk…. tempikkuuu… ……. oookhhh…tempikkuuu…oookhhh….!!!! …… “Ooouugghhh….Aku MUNCRAATTT…..!!! Kedua tangan dan kaki Bu Ginah mengejang kaku. Mata membelalak dengan bibir terbuka. Buah dadanya yang berukuran oversize alias triple L sontak bergetar keras dari balik kembennya. Pantat besarnya yang gemlondhang sebesar tong terangkat ke atas. Mengejat-ngejat disertai pekik kenikmatan keluar tak terkendali dari mulutnya. Creettt…creettt…creettt…. “OOKKKHHH…AKU METUUUU…”
……..
“…NIKMAAAATT….!!! Creet.. Tubuh besar Bu Ginah mengejat-ngejat manakala air maninya muncrat secara tiba-tiba begitu banyak. Menyemprot deras dari lubang kencingnya tanpa ia bisa kontrol. Air mani yang bahkan tak pernah ia tahu semenjak ia mengenal seks untuk pertama kalinya bersama lelakinya dulu. Sungguh luar biasa rasa nikmat yang ditimbulkannya hingga seakan membuatnya mati rasa di sekujur tubuhnya. Aini hanya terpaku diam dengan mata membelalak dan bibir terbuka. Tubuhnya seolah lemas melihat pemandangan di depannya ini. Wanita yang dianggapnya sudah cukup berumur seperti Bu Bidan ini ternyata bisa mengalami kejang birahi karena orgasme. “Oooohhhh…” rintih Bu Ginah setelah beberapa waktu mengalami klimaks yang tak masuk di akal dan begitu aneh. Setelah tenang Bu Ginah nampak mengatur nafas sambil memejamkan mata sesaat. Aini yang berada di sampingnya hanya bisa memandang cemas ke arah perempuan paruh baya ini. “Saya pulang dulu Nduk…Ibu kecapekan jadinya seperti ini…”
…….
“…sekalian saya akan mampir ke rumah Pak Malik selaku pengurus desa…hahhh…” ……. “…untuk memberitahu tentang meninggalnya Sumini…hahh…hahhh…” ……. “Kamu tunggulah sebentar yahhh…hahhh…” ……. “… Ibu tidak lama kok…hahhh…”ucap Bu bidan Ginah masih dengan nafas memburu. Setelah merapikan dan membersihkan tubuhnya Bu Ginah ijin meminjam baju daster kepunyaan Aini. Sebentar kemudian Bu Ginah melangkah gontai di tengah hujan yang ajaibnya jauh mereda setelah sebelumnya diguyur hujan begitu lebat disertai angin ribut dan dentuman guntur mengguncang bumi Sawojajar. Sepeninggal Bu Ginah, pikiran Aini hanya dipenuhi tanda tanya yang memenuhi kepalanya. Ia sejenak memandang bekas cairan asing yang keluar dari selangkangan Mbok Ginah. Dengan sebuah sapu pel di tangan kirinya ia sedikit berjongkok dan dengan ujung telunjuk kanannya ia mengoles bekas air kepunyaan Bu Ginah lalu diciumnya sesaat. Anehnya tak tercium bau apa-aoa di hidungnya. Bukan pula bau pesing. Baunya asing dan cendrung mirip bau pandan. Sejenak Aini yang seorang gadis lugu dan perawan hanya menggeleng kepala lalu bergegas membersihkan sisa bekas cairan Bu Ginah tadi. Tak lama kemudian beberapa orang berdatangan ke rumahnya. Sejumlah wanita nampak bertangisan sambil berpelukan dengan Aini yang kini terlihat lebih tegar. Sisanya mengurus jasad Sumini. “Ah…cah bagus…cah bagus…hihihi… “..jan ngganteng tenan ki anake Sumini…”kata seorang diantaranya sambil memondong bayi Sumini. “Iyo jeng….Jan bagus tenan bocah iki…sesuk gede pasti jadi idola banyak perempuan Jeng…hehehe..”sahut lainnya sambil tersenyum lebar. Pagi harinya dengan dihadiri sejumlah besar warga Desa Sawojajar, mendiang Sumini dimakamkan samping makam suami dan orang tuanya di pemakaman desa. “Kamu sungguh-sungguh siap untuk merawatnya Ai…? Tanya Pak Kades, bernama Fadholi. Aini hanya mengangguk pelan dengan sorot mata tajam memandang kerumunan warga yang masih mengelilingi makan Sumini. “Betul Pak Kades, saya siap sepenuh hati…” “Saya tak punya kerabat dekat. Hanya warga Desa Sawojajar yang kini saya anggap saudara dekat saya Pak…” ……. “Begitupun mendiang mbakyu Sumini…” …….. “Maka satu-satunya yang membuat saya sangat bersemangat untuk melanjutkan hidup adalah merawat putra almarhumah…”ucap Aini dengan penuh keyakinan. Pak Fadholi, Kades muda berusia 35 tahun ini hanya mengangguk pelan sambil sekejap memandang Aini yang berdiri menyamping melihat ke arah makam mendiang Sumini. Mata pria muda ini sontak terpaku menatap keindahan yang terpampang jelas di hadapannya. Aini, gadis berusia 19 tahun yang tak menyadari tengah “ditelanjangi” nampak begitu mempesona meski dengan baju rok sederhana. Wajahnya yang manis dengan sorot mata teduh serta rambutnya yang panjang lebat terawat hingga sepinggang membuatnya terlihat begitu menawan. Posturnya yang bertinggi sedang namun padat berisi memperlihatkan pesona lehernya yang jenjang dan putih mulus. Tonjolan payudaranya yang bulat mengkal khas ABG membusung indah dari balik dasternya. Ketika kades muda yang telah beristri dan beranak 2 itu hendak melanjutkan pandangannya ke sisi bawah Aini seorang wanita berpakaian PNS menegurnya dari belakang. “Pak Kades…Dik Aini, maaf bila menganggu…’ “Dik Aini diminta datang ke kantor kecamatan untuk mengurus surat-surat ahli waris dan serah terima wali untuk putra mendiang mbak Sumini…” “Oohh…sekarang Bu Ani ? Tanya Aini yang segera dibalas anggukan wanita tersebut. “Biar saya antar Dik…pake mobil saya…” ….. “…jaraknya lumayan…daripada naik motor apalagi angkot…” ……. “Kebetulan saya ada urusan juga di situ..” Aini hanya tersenyum sambil mengangguk. “Terima kasih Bu…” Sahut Aini dengan sedikit menjura. “Maaf Pak Fadholi, saya pamit pulang dulu…” ……. “Terima kasih atas bantuan Bapak dan seluruh warga…”ucapnya sambil berlalu ditemani Bu Ani. Fadholi tak menjawab hanya memandang kepergian dara manis itu dengan sorot nanar. Sebuah pemandangan spektakuler tersaji di depan matanya manakala langkah kaki jenjang nan putih mulus betis Aini kian menjauh. Pinggul besar Aini nampak serasi dengan bongkahan pantatnya yang bulat kencang tercetak samar berikut cd-nya dari rok ketatnya. Begitu memukau penglihatannya sebagai seorang pria dewasa. Bokong pejal Aini bergetar bergerak naik turun seiring langkahnya yang ringan membuat pria muda yang berasal dari keluarga kaya dan satu yang terpandang di desa Sawojajar ini menarik nafas dalam sambil mengusap dagunya yang berjenggot rapi. “Kau begitu manis, seksi dan menggairahkan Aini…”
……
“…kuharap rencanaku buat mengawinimu bisa terlaksana tak lama lagi…hehehe…”
…….
“Aku tak sabar menelanjangimu, mengentotmu dan menikmati madu perawanmu Ai…hahhh…” ucapnya lirih sambil tersenyum penuh arti. Sesampainya di kantor kecamatan. “Waktu pemakaman kok saya tidak lihat Bu Ginah ya Bu…? Tanya Aini kepada Bu Ani. “Iya yah…? ……. “..ibu juga heran. Bu Ginah kemana yah…biasanya dia selalu datang kalu ada acara lebih-lebih bila ada warga yang kena musibah atau lelayu…”sahut Ani sambil melihat nomor antrian di loket pelayanan. Keduanya masih asyik berbincang tanpa tahu apa yang tengah dilakukan oleh Bu Ginah di rumahnya. Rumah Bu Ginah bisa dikenali karena paling luas lahan pekarangannya. Perempuan yang juga berprofesi sebagai bidan mandiri sejak lulus dari sekolah perawat itu telah ditinggal mati suaminya sejak 15 tahun ini kini memilih hidup melajang. Di usianya yang sudah menginjak 55 tahun ini rasa-rasanya tak ada yang perlu dikhawatirkannya apalagi soal seks. Namun sesuatu telah terjadi semenjak kejadian malam itu di rumah alm Sumini. Kamar tidur yang biasanya ditempati Ginah nampak lengang sepertinya tak ada orang di sana. Namun suara lirih dari dalam dapur membuat orang seketika langsung mengangkat jidat. Bukan apa-apa, suara lirih itu jelas bukan suara orang kesakitan apalagi berdoa. Melainkan suara itu mirip suara wanita yang tengah menikmati kepuasan seksual alias berhubungan intim. “Hohhh..hoohhh…enakkk…enakkk bangeet…tempikkuuu…hoohhh…”
“Tak percuma aku membelinya …oohhh…enakkk…nikmatnya…” ….. “…persis…persis rasanya kayak dimasuki KONTOL….ookhhh…” Erangan rintih itu kian jelas seiring pemandangan mengejutkan nampak di depan mata. Di atas kursi makan…sosok bugil Mbok Ginah yang gemuk semok nampak duduk mengangkang lebar di atas sebuah penis imitasi berukuran cukup besar. Penis imitasi berukuran maksi terbuat dari bahan lateks namun kaku ini tertancap kuat di atas kursi yang tengah dikangkanginya. Ujungnya yang tumpul timbul tenggelam membelah bibir vaginanya yang menganga dan menggelambir ditumbuhi jembut yang cukup lebat. Kebasahannya nampak jelas terlihat dari lendir rangsang mengalir tanpa henti dari liang kawinnya hingga membasahi sekujur batang dildo berwarna pink itu. Erang dan rintihannya terdengar makin keras seiring gerak pinggul semoknya bergerak naik turun mengurut-urut penis palsu itu. Mbok Ginah merem melek takkala menikmati gesekan batang penis dengan dinding vaginanya. Kian cepat kian keras hingga akhirnya… “Akhhh…KELUARRR…!!! Creett… Air squirtingnya memancur deras untuk kesekian kalinya seiring orgasmenya siang itu. Tak tahan menerima kenikmatan ini membuat Bu Ginah gontai lalu rubuh di lantai berubin dapur rumahnya. Tubuhnya menggigil merasakan klimaks yang tak pernah ia alami sebelumnya. Beberapa saat kemudian Bu Ginah terdiam sambil pikirannya menerawang jauh ke waktu malam itu. Ia tak habis pikir semenjak peristiwa melihat dan bersentuhan dengan alat vital bayi Sumini itu gairahnya yang semula telah padam bagaikan gunung mati berubah drastis. Gairahnya bahkan melompat jauh bahkan bila dibandingkan saat awal pernikahannya dulu. “Bayi Sumini itu…ooohhh…apa yang sebenarnya terjadi…?
……..
“…dan kedua wanita itu…siapa mereka dan apa maunya… …… “Akuu..tak bisa mengatakannya kepada siapapun karena telah terikat janji dengan guru…” ….. “…aku..aku tak tahan lagi untuk merasakan kontol laki-laki…” ……. “Aku.. aku pengin kawin lagiihhh…tapi..”
…….
“…ohhh…tidaaakkkk…!!! Erang Ginah kian keras seiring keputusasaannya akan kondisinya yang tak ia mengerti. Namun masih ada satu hal penting yang tak diketahui oleh Ginah. Putra semata wayang alm Sumini akan menjadi lelananging jagat yang mewujud nyata di dunia. Ia akan menjelma menjadi sosok pria super dan istimewa yang mengharu biru dalam romantika kehidupannya. Tak kalah flamboyan dibanding Sang Arjuna, satria penengah Pandawa dan tak kalah tangguh dibanding Hercules, The Son of Zeus. Apa dan bagaimana itu akan terjadi…waktulah yang akan menjawabnya. ======== 35 hari berlalu… Siang itu di rumah almarhum Sumini yang kini ditinggali Aini nampak keriuhan nampak jelas di situ. Musik langgam dan campur sari terdengar syahdu dan sayup-sayup menampakkan suasana yang penuh sukacita. Puluhan orang silih berganti memberikan selamat kepada tuan rumah yaitu Aini yang siang itu berdandan begitu manis dan mempesona. Berpakaian kebaya ketat dan jarik dengan rambutnya disanggul menampakkan pesonanya sebagai seorang dara bak bunga teratai tengah mekar di kolam nirwana. Kecantikannya nampak jelas terlihat dari parasnya yang begitu nampak ceria. Senyum, salam, sapa tak lepas dari bibir indah bergincu merah muda itu. Dadanya yang menonjol membusung indah, perut yang demikian rata serta bokong bulat pejal menungging seksi mempertontonkan auratnya yang membuat pria panas dingin. Hal itu juga dialami Pak Kades Fadholi yang turut hadir bersama istrinya yang tengah hamil tua anak kedua serta anak pertama berusia 3 tahun. Beberapa kali sorot matanya tak jenak memandangi aset pribadi Aini yang terbuka untuk umum namun tertutup rapat itu Selain Fadholi, Bu Ani juga terlihat hadir di situ. Namun yang mengejutkan adalah kehadiran Mbok Ginah, bidan yang membantu persalinan mendiang Sumini juga terlihat. Uniknya, kalu sebelumnya Bu Ginah cuek tentang penampilannya saat di depan publik sekarang berubah 180°. Ginah sekarang tampil modis dengan rok ketat memperingatkan tonjolan tubuhnya yang memang semok dan gemuk. Riasannya nampak cukup jelas mencolok membuat sejumlah tamu kasak-kusuk sendiri. Sudah pasti akan muncul berita gosip baru lagi tentang janda bahenol ini dalam beberapa hari ke depan. Ihwal apakah hingga sejumlah warga sampai turut hadir di rumah Aini…? “Kita telah sampai di penghujung acara pada Minggu siang ini…” …….. “…sekarang saatnya Mbak Aini mengumumkan secara resmi ke hadapan khalayak siapa nama bocah bagus ini…”ucap pria berambut putih bersih berpakaian Koko seraya tersenyum simpul sambil bertepuk tangan di barengi sejumlah tamu yang hadir. Aini yang didampingi Bu Ginah lalu maju ke tengah-tengah pertemuan dan dikelilingi para tamu dan hadirin. Ditimangnya sesaat bayi mungil yang kini nyaman dalam pondongannya Ditatapnya hangat sosok mungil bayi laki-laki yang terlihat bersih, wangi dan tampan itu. Mata kecilnya nampak rapat tertutup seakan mengacuhkan keriuhan yang terjadi karena kehadirannya. “Terima kasih atas kehadiran Bapak ibu sekalian serta…mas-mas dan mbak-mbak…adik-adik semua…”
……..
“Dengan mengucap syukur…bismill*hirrahm*nirr*him…saya, Aini Komalasari mewakili keluarga mendiang Mbakyu Sumini…akan memberikan nama kepada putra tunggal beliau dan satu-satunya ini..”
“…nama yang akan saya berikan kepadanya ini mengandung harapan semoga kelak dia tumbuh dewasa menjadi seorang pria tampan yang menarik hati, berjiwa ksatria, berbudi luhur, berhati teguh gagah perkasa serta pantang menyerah dalam mengarungi kehidupannya kelak…dan kehadirannya berguna bagi keluarga dan bagi sesama..”
“Kami beri nama dia….Joko Sembrani”
Bersambung….