Cerita baru dari senninrikudo Mau baca boleh, enggak juga gapapa Tiba – tiba dalam pikiran tercetus ide ini Langsung ngalir gitu aja Soal update, jelas tidak tentu Suka – suka penulis aja Sama kaya naskah yang lain Setiap senggang akan diusahakan update sebisa mungkin, termasuk karya yang lain Terima kasih sebelumnya
apa pun yang terjadi di hidup hanyalah ilusi semata jalani saja meski sesak di dada
Bagian 1 “Ah.. akh.. oh.. ukh.. agh..”
“Hnghh.. agh.. ugh.. ouh..”
“Ahh..”
“Pltak.. tak..” sebatang sikat gigi terlempar dan jatuh di lantai kamar mandi
“Udah gak cukup lagi kalo cuma ini..” seorang perempuan muda mengeluh sambil duduk di lantai kamar mandi, dengan kaki tertekuk dan terbuka lebar, seluruh tubuhnya telah basah tersiram air yang turun dari shower di atas, vaginanya juga basah oleh cairan lainnya yang biasa disebut sebagai pelumas
“Ngik.. ngik.. kriet.. kret..” si perempuan muda mematikan keran shower karena tak kunjung merasa puas
Sang perempuan muda mengambil dua handuk yang tergantung. Satu handuk besar ia gunakan untuk mengeringkan badan, lalu menutupi sebagian tubuhnya dari bawah paha sampai ke bagian atas dada. Satu handuk yang lebih kecil ia gunakan untuk mengeringkan lalu menutupi rambutnya. Sambil menggerutu dalam hati, perempuan muda ini berjalan meninggalkan kamar mandi.
“Udah selesai mandinya dek..?” tanya seorang pria yang sedang duduk berselonjor di atas tempat tidur king size, dengan wajah puas sambil memainkan smartphone miliknya
“Udah mas..” jawab si perempuan muda dengan singkat
Perempuan muda ini lantas berjalan menuju meja rias dan duduk di kursi panjang di depannya.
“Klik.. ngengg..” perempuan muda berwajah oval menjurus lonjong, dengan kulit putih bersih dan cerah hasil perawatannya selama ini, melepas handuk di kepalanya, lalu menyalakan hair dryer untuk mengeringkan kepalanya
“Hehehe..” terdengar suara tawa terkekeh dari pria yang duduk di kasur, yang perempuan muda ini panggil “mas” sebelumnya
Sambil memiringkan kepala, menyisir rambut basahnya dengan tangan kiri sembari menggerakkan hair dryer guna mengeringkan rambut lurus nan panjang miliknya, si perempuan muda memandang sang pria dari cermin di meja rias di depannya. Senyum dan tawa si pria yang seolah tak mempedulikan dunia, semakin membuat kekesalan sang wanita menumpuk.
Tanpa ada tanya, meminggirkan kata bahkan melupakan cerita, tawa si pria terdengar tajam mengiris dasar sanubari sang wanita. Perempuan muda ini memajukan kepalanya mendekati cermin di depan mata. Wanita yang sedang dilanda dilema ini pun memulai monolog hati.
Wajah mulus, kulit halus, tubuh proporsional dengan payudara menggoda, sejatinya adalah impian semua pria. Semua ciri – ciri itu, melekat erat di fisik sang wanita. Andai takdir berkata lain, mungkin bukan si pria yang ia panggil “mas” ini yang ada di belakangnya sekarang. Bisa jadi pria yang lebih mapan, pejantan yang lebih menawan atau paling tidak, sosok lelaki yang lebih perhatian yang menjadi teman hidupnya.
***
Manusia bisa berharap, Tuhan lah yang menentukan.
Berasal dari keluarga dengan agama yang taat, si perempuan muda ini, menjalani kehidupan yang normal dan “lurus – lurus” saja sejak lahir. Total dirinya mengenyam dua belas tahun pendidikan setara sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas, di sebuah pondok pesantren modern yang cukup besar di negeri ini.
Sang perempuan muda bahkan termasuk siswi unggulan saat menempuh Pendidikan Mu’adaalah untuk jenjang Ula, Wustha dan Ulya di pesantren tersebut. Dua belas tahun duduk di bangku sekolah, hanya satu kali ia berada di peringkat dua di angkatannya, selebihnya selalu menjadi juara umum.
Usai lulus jenjang Ulya, si perempuan muda ditawarkan untuk melanjutkan Ma’had Aly di pesantren yang sama, namun ia menolak. Wanita muda cerdas ini berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk menempuh pendidikan sarjana di kampus Universitas Negeri Islam di kampung halamannya, ibukota Jakarta.
Si perempuan muda berhasil lulus enam bulan lebih cepat dari seharusnya. Di program studi Ekonomi Islam yang ia ambil, lagi – lagi si perempuan muda menjadi lulusan terbaik. Perempuan dengan bola mata hitam sempurna, berikut pandangan tegas yang terpancar dari kedua bola mata tersebut, lulus dengan predikat Magna Cumlaude. Dari keseluruhan mata kuliah yang ia ambil, hanya dua mata kuliah mendapat nilai B, selebihnya tentu saja A.
Dengan kecemerlangan itu, sudah barang tentu si perempuan muda menjadi idola kemana pun ia melangkahkan kaki. Setelah lulus program strata satu, pihak kampus tanpa ragu kembali menyodorkan beasiswa penuh kepada dirinya untuk melanjutkan ke program magister bahkan doktoral. Sayangnya, keluarga si perempuan muda masih tradisional, ortodoks bahkan terkesan kolot.
Tidak apa – apa, bahkan di zaman sekarang, seorang akhwat, wajib memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, minimal SMA, kalau bisa sarjana, begitulah sosok yang perempuan muda ini panggil Abi sempat mengatakan. Tujuannya adalah supaya bisa mendidik garis keturunannya nanti menjadi pribadi – pribadi yang rajin, cerdas dan tentu saja soleh / solehah.
Namun cukup sampai di situ saja, jelas Abi ketika itu. Tidak perlu terlalu jauh mengejar studi, toh pada akhirnya, seorang akhwat akan menikah dengan seorang ikhwan, melahirkan anak laki – laki dan perempuan serta mengurus rumah tangga. Intinya tugas seorang perempuan kalau tidak di dapur ya di kasur, begitulah perkataan Abi yang terdengar menyelekit di telinga si perempuan muda.
Setelah lulus dengan brilian, si perempuan muda memutuskan membangun usaha, tidak bekerja di perusahan – perusahan umum baik besar maupun kecil. Terlalu “strict” nya keluarga si perempuan adalah alasan terbesar. Ketakutan akan harta haram dan rezeki haram terutama yang berasal dari riba lah yang paling Abi dan Ummi si perempuan dengungkan kepadanya.
Memang dasarnya si perempuan cerdas, ulet dan penuh inisiatif. Hanya dalam tempo dua setengah tahun saja sejak kelulusan sarjananya, usaha butik khusus muslimah si perempuan berkembang dengan pesat. Berawal dari modal yang ia kumpulkan, dengan cara menabung sejak usia enam tahun, perempuan muda ini sukses membangun usaha butiknya dari nol. Hingga saat ini, ia telah memiliki tiga cabang / toko dari usaha butiknya, dimana toko utamanya berada di salah satu kawasan perniagaan mewah terbesar di Jakarta.
Riwayat hidup atau resume sehebat itu tidak lah berguna di depan keluarga kolotnya. Setelah kesuksesan tersebut, datang seorang pria yang ingin meminangnya. Pria yang kini menjadi suaminya itu adalah putra dari pemilik pondok pesantren tempat ia menempuh pendidikan dulu.
Hanya berbekal status anak pemilik pondok, pria pengangguran yang dipanggil “mas” oleh si perempuan muda meminangnya dengan jalur taaruf. Perempuan muda ini pun tak bisa menolak. Baik Abi maupun Ummi si perempuan sudah terlanjur kegirangan mendapati kemungkinan berbesan dengan pemilik pondok pesantren itu.
Dengan mahar seadanya, acara syukuran secukupnya, pernikahan si perempuan muda dengan si pria pun dilangsungkan, dua minggu setelah perkenalan.
***
Saat ini, pernikahan keduanya telah berjalan dua tahun lamanya. Meski sudah berjalan dua tahun, pasangan ini belum juga dikaruniai momongan.
Dapat ditebak, siapa tersangka utama yang disalahkan.
Sulit memang di depan keluarga kolot yang mendewakan kaum laki – laki. Terlalu fokus bekerja lah, kecapekan lah, stres dan banyak pikiran lah, alasan – alasan seperti itu yang dilontarkan baik oleh keluarga si perempuan maupun si laki – laki. Konyol memang, yang merasakan siapa, yang memberi alasan siapa.
Padahal, dengan inisiatif sendiri, si perempuan telah mengunjungi beberapa dokter spesialis obstetri dan ginekologi (kandungan). Hasilnya, semua dokter tersebut bingung.
Kesehatan reproduksi si perempuan muda ini sangat bagus. Bahasa nyelehnya, disemprot dari luar memek pun ia tetap bisa hamil.
Tentu saja perempuan muda ini langsung berpikir, suaminya lah yang bermasalah. Akan tetapi, stigma yang telah disematkan bahwa si perempuan muda lah biang keladi belum adanya momongan mereka saat ini, membuat si perempuan muda urung memberi tahu hal ini kepada keluarganya, apalagi meminta suaminya untuk turut memeriksakan diri perihal kesehatan reproduksinya.
Setelah mengeringkan rambut dan memakai baju kimono tidur berbahan sutra yang tipis nan lembut, si perempuan muda naik ke ranjang pernikahannya.
Si perempuan muda memutuskan untuk beristirahat sebelum melanjutkan aktivitas esok hari. Setelah memberi salam dan ucapan selamat tidur kepada sang suami, si perempuan pun mencoba memejamkan mata. Di kesunyian malam, ditemani lampu kamar yang temaram, si perempuan muda terlelap dalam diam.
***
bersambung …