Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi dan tidak ilmiah. Nulis santuy sambil belajar. Kalau dianggap tidak etis atau menentang norma-norma silahkan dihapus tapi saya jangan diban he he. Bagian 2 dan 3 menunggu perbaikan. I Beberapa hari ini istriku siang-siang sering menggoda diriku memberi sinyal untuk berhubungan. Kamarku bersebelahan dengan halaman yang biasa dipakai untuk mencuci dan menjemur pakaian. Kami berdua punya usaha mandiri, kecil-kecilan tapi cukuplah. Ada pegawai yang membantu jadi jam kerja kami fleksibel karenanya. Dimulai dari semenjak hidup sendiri ibuku tinggal bersama kami dengan pertimbangan keamanan dan mengharapkan kami bisa konsentrasi memberikan cucu. Harapan orang tua walaupun gak semudah itu. Kami belum bisa memberikan momongan untuk ibuku karena kesibukan. Usaha yang kami rintis masih perlu banyak perjuangan. Di rumah, Ibu mengambil alih kegiatan seperti masak, mencuci dll. Aku sudah menyarankan untuk dikerjakan oleh ART saja sekalian menemani ibu tapi ditolak dengan alasan pemborosan. Biasa semua dikerjakan sendiri jadi kalau tidak mengurusi pekerjaan rumah malah badan dan pikiran sakit semua. Padahal aku tidak enak jika banyak hal dikerjakan oleh ibu. Istriku sepertinya senang dengan ibu, mungkin jadi ada bantuan ekstra, selain suaminya ini yang agak-agak seperti romusha. Ibuku di usia pertengahan lima puluhan, masih cantik, gemuk tapi aku bilang curvy masih ada lekukannya. Mungkin masih banyak yang memfantasikan sosok seperti ibuku ini dalam lamunan jorok. Beberapa kali ibu diajak berbelanja terutama baju. Hanya saja pilihan bajunya lebih ke selera istriku. Selera beliau sebenarnya konservatif, tapi demi menantunya senang, ikut saja toh di rumah hanya kami bertiga. Urusan tamu kami selesaikan di kantor. Ibuku jadi punya banyak koleksi baju yang relatif tipis, tanktop atau yang roknya pendek di atas lutut. Pertama ibu agak risih memakainya, aku juga gak enak melihat ibu pakai baju yang sedikit kelihatan dalamannya, tapi karena di rumah istriku juga pakai seperti itu jadinya semakin biasa. Aku sendiri bertanya-tanya kenapa juga ibu dibelikan seperti itu. Karena dalam pekerjaan kami fleksibel jadi kadang shift siang atau pagi. Shift pagi kalau ada permasalahan mendesak yang harus diselesaikan dengan pegawai. Waktu shift siang, paginya kami sempatkan berhubungan. Kami walaupun segan punya anak cepat tapi mengingat ibu, ya kami ingin membahagiakan beliau. Kamar kami dekat dengan jemuran setiap pagi kami bisa melihat ibu menjemur pakaian. Dengan kaca jendela gelap dari luar tidak dapat melihat bagian dalam. Kaca jendela sengaja kami buat besar agar ruangan terkesan lega. Pagi ketika ibu sedang menjemur dan sedang mengenakan salah satu koleksi baru daster hasil belanja dengan istriku. Motif dan bahan sangat bagus dan halus hanya saja kainnya sangat tipis dan tingginya agak jauh di atas lutut. Ketika ibu membungkuk otomatis akan kelihatan garis celana dalamnya tercetak jelas. Atau ketika jongkok celana dalamnya langsung kelihatan dibingkai oleh pahanya yang masih putih mulus. Aku memandang ibu sambil tidak sadar melamun. Tiba-tiba istriku menciumku membuat aku kaget dan istriku tiba-tiba memberikan sinyal minta jatah. Sebenarnya aku masih agak malas karena kegiatan bersetubuh agak rutin sehingga monoton. Tapi karena itu hal yang terhitung baik maka aku layani. Kami pemanasan sambil melirik ke ibu melihat apakah ibu melihat aktivitas kami. Kalau lampu dimatikan boleh dipastikan kami tidak terlihat. Di tengah persetubuhan, aku beberapa kali terpancing untuk melirik ibu. Mungkin karena rangsangan persetubuhan, tubuh ibu dalam balutan daster tipis menjadi terlihat merangsang. Penisku jadi lebih keras dari biasanya. Entah apa yang dipikirkan istriku, istriku meminta berhenti sebentar mencari di kotak koleksi pribadi dan mengambil penutup mata. Aku kira aku yang disuruh pakai agar tidak jelalatan, ternyata dia bilang ingin dia yang pakai. Akhirnya kami melanjutkan persetubuhan dengan mata istriku ditutup. Istriku jadi tidak dapat melihat kalau aku lebih sering memandang keluar ke arah ibu. Dengan mata istriku tertutup aku jadi lebih sering memandang ke ibu di tengah persetubuhan aku dan istriku. Aku sudah mendekati puncak, mataku kini tidak lepas dari tubuh ibu. Penisku jadi lebih keras dari biasanya. Mungkin jarak kami dan ibu hanya dua meter dibatasi kaca gelap. Takut ketahuan, segan, penasaran dan memang tubuh ibu masih menggiurkan menambah rangsangan bagiku. Aku bisa melihat jelas tubuh ibu, rupanya ibu tidak mengenakan BH karena istriku bilang dasternya lebih cocok bila tidak sambil mengenakan BH karena bentuk BH akan kelihatan dan mengacaukan penampilan. Aku jadi bisa melihat putingnya menonjol, dan sekali lagi ketika jongkok iku bisa melihat celana dalam ibu. Aku memandangi tanpa berkedip. Aku praktis menyetubuhi istriku tapi pikiranku dipenuhi oleh tubuh ibuku. Ditengah genjotanku aku memandang perbagian tubuh ibu, membayangkan seolah aku sedang menyetubuhinya. Ditengah genjotanku yang semakin bersemangat istriku tiba-tiba melenguh agak keras karena sepertinya aku menjadi semangat dengan memandangi ibu dan berfantasi sedang menyetubuhinya ditengah puncak nafsuku. Ibuku sepertinya mendengar suara istriku dan sambil jongkok memandang kaca kami. Aku melihat pahanya yang masih mulus, celana dalam berwarna putih tulang, belahan dadanya dan kini wajahnya. Lengkap aku menikmati pemandangan tubuh ibuku sambil aku orgasme, ejakulasi lebih banyak dari biasanya. Aku balik menatap wajah ibuku dan tidak peduli apakah ibu dapat melihatku. Aku menyemprotkan spermaku dengan menikmati wajah ibuku. Nafsuku membuat pikiran gila seperti ingin rasanya mencium bibirnya. Betul-betul kunikmati tubuh ibuku dengan mataku, detil kemulusan tangannya, semuanya. Sepertinya ibu tidak bisa melihat kami, tiba-tiba berdiri membelakangi mengambil cucian yang lain. Aku masih merasakan denyutan penisku sambil melihat pantatnya yang berayun-ayun menjauh menampilkan garis celana dalam. Biasanya ketika aku masih berdenyut setelah ejakulasi aku melepaskan dari kewanitaan istriku tapi dengan pemandangan pantat ibu, aku sesekali memaju-mundurkan pantatku. Insting gairahku membuat aku seolah sedang menyetubuhi ibu dari belakang. Istriku sepertinya merasakan perbedaan kecil ini. Dia tidak segera melepaskan penutup matanya menikmati aku dengan fantasiku. Sepertinya dia tahu kalau aku mulai muncul gairah terhadap ibuku sendiri. Dia tidak berkomentar apa-apa. Penisku yang kali ini tidak cepat lemas seperti biasanya, tinggal agak lama dalam kewanitaan istriku. Aku masih memandang tubuh ibu sampai ibu selesai menjemur. Aku pelan-pelan mencabut penisku. Istriku membuka penutup matanya dan menciumiku dan katanya dia orgasme karena rasanya penisku lebih keras, terasa beda. Kami jadi sering mengambil shift siang bersetubuh dulu ditemani ibu yang sedang menjemur. Istriku tidak lagi mengenakan penutup mata dan membolehkan aku memandang ibu sambil kami bersetubuh. Kadang kami lakukan di lantai mendekat ke jendela yang memang agak besar agar kami dapat melihat lebih jelas ke luar. Suara-suara kami kadang memancing ibu melihat ke arah kami tetapi tetap tidak terlihat dan kadang kami melihat ibu seperti gelisah mendengar suara kami bersetubuh. Dengan ibu berada sangat dekat dengan kami serasa sedang melakukan threesome. Istriku jadi lebih sering memberikan baju seksi, malah ada yang semi transparan, walaupun ibu berusaha menolak tetapi dengan paksaan dan bujukan ibu memakainya juga termasuk ketika menjemur pakaian sehingga aku hampir selalu disuguhi pemandangan seksi. Entah apa yang dipikirkan istriku tidak merasa cemburu ketika aku memandangi ibu ketika sedang bersetubuh. Walaupun begitu aku masih tahu batasan fantasiku dan tidak berharap sungguhan menyetubuhi ibuku. Bersambung ke part 2, di thread yang sama kok …
II Istriku sepertinya ketagihan dengan aku yang semakin bernafsu bersetubuh sambil melihat tubuh ibu ketika sedang menjemur pakaian. Suatu waktu dia menyampaikan ide mengikat aku di kursi sambil aku telanjang ketika kami akan bersetubuh. Aku pasrah saja, asalkan tidak membahayakan jiwa. Ketika aku terikat di kursi, tangan dan kakiku, dia membelakangi jendela sedangkan aku menghadap jendela dengan lutut hampir menempel kaca. Kaca kami terpercaya sudah dites dari luar lebih dari 1 meter tidak kelihatan dalam. Istriku melakukan lapdance berusaha membuat penisku menjadi tegang. Ibu juga sedang melakukan aktivitas rutin menjemur pakaian. Aku memandanginya dari bahu istriku. Istriku kemudian memasang vibrator ke kepala penisku yang sudah tegang dan aku tahu ini yang model dengan remote control. Mainan kami banyak mumpung bisa beli dan mumpung bisa pakai. Ibu keluar dari pintu menuju halaman selesai mengambil cucian baru. Istriku menyalakan vibrator koleksi kami tersebut. Dengan kecepatan pelan aku tidak akan cepat klimaks dan ejakulasi tapi cukup menjaga agar penisku tetap bangun. Istri masih mengenakan daster yang tidak kalah seksi dengan yang dipakai ibu menjemur saat ini. Memerintahkan aku supaya menikmati “pertunjukan”. …Hari itu hari Minggu, istriku sepertinya merencanakan sesuatu… Tiba-tiba ia keluar menemui ibu. Aku kaget apa lagi ini pikirku. Aku ditinggal dalam posisi terikat telanjang menghadap jendela sambil penisku dipasang vibrator. Mereka ngobrol sambil istriku membantu ibu menjemur. Lebih daripada membantu tepatnya memperlambat pekerjaan. Aku dengan vibrator yang terus menyala melihat dua sosok seksi di depanku. Aku hampir menempel ke kaca jendela sehingga aku dalam posisi dibilang sangat dekat dengan mereka. Sepertinya mereka berbicara serius, istriku mengelus tangan ibu. Kelihatannya mereka sedang curhat. Ibu juga sesekali mengelus rambut istriku. Tak disangka wajah mereka saling mendekat, mereka berciuman. Istriku pandai sekali membawa ke situasi romantis. Ibu sepertinya masih kagok dan ragu-ragu. Tapi istriku bisa meyakinkan semuanya ok. Anaknya (aku) sedang “sibuk” dan mereka punya waktu dan privasi. Ibu sepertinya memang merindukan sentuhan seksual hanya saja tidak berani mendekati laki-laki lain karena masih ingat ayah dan takut akan niat buruk banyak laki-laki di luar sana. Sentuhan istriku sepertinya membuka ke arah melepaskan kerinduan tersebut walaupun dengan sesama wanita. Setelah beberapa lama berciuman mulai saling meraba, istriku semakin berani mengangkat daster tipis ibu dan bermain dengan putingnya. Sambil merangsang puting ibu, istriku melepaskan dasternya sendiri sampai telanjang. Dan ternyata kalung remote vibrator itu dipakainya. Terbersit ide manipulatif istriku, sambil tersenyum aku mengutuki. Bentuknya tidak menyolok seperti aksesoris lumrah saja. Melihat menantunya telanjang ibu tidak segan lagi. Tidak menolak ketika istriku melepaskan daster ibu. Aku disuguhi pemandangan super erotis antara ibu dan istriku, dengan vibrator masih menyala di penisku. Vibrator yang kami beli ini kualitas bagus hemat baterai sehingga dapat beroperasi seharian non stop. Ibuku sepertinya hanya bisa mengelus punggung istriku sambil istriku menghisap puting ibu. Tangannya mulai bermain di dalam celana dalam ibu. Ibu semakin bergairah sesekali mereka berciuman. Celana dalam ibu akhirnya dilepas juga oleh istriku. Aku kini memandang punggung ibuku yang tidak tertutup sehelai benang pun. Punggungnya masih mulus, lekuk tubuhnya agak gemuk tapi seksi, berisi dan masih menunjukkan lekuk tubuhnya. Ibuku dulu waktu muda aku akui sangat cantik dari foto-fotonya. Sekarang juga masih cantik tapi beliau ibuku gitu. Istriku dan ibu semakin panas, istriku semakin ganas mengocok kewanitaan ibu. Kemudian istriku jongkok menjilati klitoris ibu sambil jarinya dicolokkan ke kewanitaannya. Vibratorku memang tidak bergetar terlalu kuat tetapi pemandangan porno aksi secara live di depanku bisa membuat aku ejakulasi hanya dengan rangsangan ringan. Bisa membuat ejakulasi prematur karena sensasi menyaksikan tubuh telanjang ibuku sendiri. Antara rasa bersalah, penasaran, takut ketahuan dan kenikmatan akibat rangsangan vibrator bercampur menjadi satu. Istriku menantikan momen ibuku mendekati klimaksnya. Sebagai sesama wanita tahu kapan akan orgasmenya ibu. Ketika ibu sudah mau puncak istriku membalikkan badan ibu, sambil tangannya masih merangsang kewanitaannya. Ibu menahan badannya dengan tangan bertumpu pada kaca jendela, berhadapan denganku yang telanjang dan duduk terikat. Ekspresi orgasmenya terlihat jelas dari jarak aku dengan ibuku. Istriku menciumi pantat ibu dan tangannya tiba-tiba meraih remote vibrator dan menaikkan kecepatan ke level atas. Ibuku mengalami orgasme dan bersamaan vibrator penisku tiba-tiba bergetar cepat memberikan rangsangan kuat menjalar ke seluruh tubuh. Aku memandang tubuh telanjang ibu mulai dari kaki, paha, kewanitaannya yang tercukur rapi, perutnya, berhenti agak lama ke payudaranya dengan putingnya yang mengeras lalu wajahnya yang menahan kenikmatan orgasme yang diberikan oleh istriku. Ingin rasanya kuciumi bibir ibu sambil memeluknya. Aku sudah pasti tidak bisa bertahan lama. Rasanya seperti bersetubuh dengan ibu dengan jarak sedekat ini. Penisku menyemprotkan spermaku, seperti pasangan yang melepaskan persetubuhannya dan memutuskan ejakulasi di luar. Spermaku menyemprot kuat dan banyak mengenai kaca jendela di depan perut ibu. Walaupun tidak keras, bunyi cairan kental menabrak jendela mestinya menarik perhatian. Ibuku sepertinya melihat cairan yang menempel di jendela dan berusaha mendekati jendela. Sepertinya ibu tahu aku di dalam walaupun tidak secara jelas tetapi itu cukup mengejutkannya. Antara wajahnya yang terkejut dan masih dalam pengaruh gelombang orgasme benar-benar menaikkan dorongan orgasmeku. Kami berpandangan dibatasi kaca, aku merasakan spermaku tidak cukup untuk mengimbangi orgasmeku. Ingin kusemprotkan lagi, aku memajukan pinggulku ke arah ibu tetapi rupanya sudah tersisa sedikit dan hanya menetes saja. Kami akhirnya hanya menikmati momen bersama meredanya orgasme kami. Sambil berhadapan. Ibuku tidak dapat melihat jelas tetapi tahu kalau aku juga memandangi dirinya yang telanjang. Aku merasakan kedutan penis yang semakin melemah sambil menikmati pemandangan tubuh telanjang ibu. Ide istriku memang gila, aku akui terencana sekali. Ibu berbalik badan bermaksud masuk lagi kedalam rumah, istriku bermaksud memakaikan kembali daster ibu tapi ditolak. Ibu tersenyum kecut kepada istriku sambil sebentar melirik ke arah jendela kamarku. Ibu masuk rumah dengan membawa dasternya. Untuk beberapa kali aku bertemu ibu di rumah, kami jadi agak canggung. Ibu memakai lagi koleksi bajunya yang lama yang lebih tertutup. Kami memang tidak bersetubuh secara langsung tapi momen orgasme bersamaan dan saling berpandangan kami yang membentuk ikatan baru aku dan ibuku. Ibuku sepertinya menemukan pemuas dahaga seksnya walaupun dengan cara yang tidak biasa. Istriku sepertinya tahu, dan aku tidak melarang. Aku antara menikmati dan khawatir bagaimana ke depan, merasa istriku punya rencana berikutnya. Bersambung…
III Walaupun ibuku masih segan setelah insiden vibrator, ibuku dan istriku masih beberapa kali saling memuaskan seks mereka. Kadang mereka di halaman, di kamar atau di ruang keluarga. Tentunya dengan mengatur agar aku dapat melihat secara sembunyi-sembunyi. Aku tidak perlu diikat lagi, bebas dan tidak perlu lagi vibrator. Aku di setiap kesempatan memandangi mereka berdua bermesraan sambil aku mengocok diriku sendiri. Kadang istriku berpesan jangan sampai dikeluarkan dulu. Selesai istriku bermesraan dan memuaskan ibu, ganti memuaskan hasratku. Istriku senang sekali merangsang ibu dengan menjilati kewanitaannya sampai ibu orgasme. Cairan kewanitaannya banyak menempel ke mulut istriku. Tanpa dibersihkan gantian menciumiku yang sedang mengintip di ruangan lain membagikan cairan kewanitaan ibu ke bibirku. Sedikit banyak aku jadi familiar dengan aroma kewanitaan ibu. Walaupun kami tidak saling melihat antara aku dan ibu tahu bahwa ketika istriku bermesraan dengan ibu, aku pasti sedang mengintip begitu juga sebaliknya aku tahu ibu mengintip ketika kami bersetubuh. Istriku sangat telaten sekali dengan plotnya. Aku menikmati permainannya sambil menebak apa berikutnya. Ada saja alasan supaya jarak aku dan ibu semakin dekat. Kami tahu semakin jauh aku dan ibu maka istriku semakin jauh mondar-mandir, walaupun istriku melakukannya sukarela karena mendapat kepuasan tersendiri. Menjadi penghubung pemuasan hasrat seksual kami. Kadang ibu di sebelah pintu ketika aku bersetubuh dengan istriku dan ibuku tahu bagaimana merangsang dirinya sebelum diselesaikan oleh istriku. Kadang giliranku di sebelah pintu kamar ibu ketika ibu bermesraan dengan istriku. Tentu saja sambil mengintip di kegelapan sementara kamar ibu dinyalakan. Suatu malam istriku berinisiatif mengajak ibu melanjutkan bermesraan di kamar kami. Saat itu kami sudah faham bahwa kami selalu saling mengintip satu sama lain. Hanya saja kami tidak melakukan terang-terangan. Dengan mengetahui sedang diintip memberikan kepuasan yang lebih besar karena fantasi yang muncul di otak kami. Mengetahui masing-masing aku dan ibuku sedang memuaskan diri sambil saling memandang tubuh satu sama lain. Tetapi untuk menampakkan diri terang-terangan kami masih berpegang pada tabu, ibu dan anak tidak boleh saling memuaskan secara seksual. Aku dan istriku memasang kain pemisah di tengah ranjang kami. Memasangnya asal-asalan yang penting tidak saling memandang langsung. Aku rebahan di satu sisi, diam tidak bersuara. Itu atas permintaan istriku. Aku mendengar mereka masuk kamar dan akan naik ke ranjang. Sementara istriku mengajak ibuku masuk dan mengisyaratkan agar pelan-pelan dibilang aku mungkin sedang tidur di sebelah. Pelan-pelan menghindari suara dan gerakan terlalu mencolok mereka berdua naik ke ranjang kami. Ibuku khawatir aku bangun tapi melihat tidak ada reaksi dari sebelah ibu percaya aku sedang tidur. Mereka mulai pemanasan dan dilanjutkan dengan saling merangsang seperti biasa. Istriku dan ibu sepertinya sudah terbiasa bahkan aku khawatir ibu berubah orientasi. Tapi istriku sering membawa-bawa ibu, bercerita mengenai ibu di tengah persetubuhan kami. Ibu masih normal hanya saja enggan berkenalan dengan laki-laki. Kini, walaupun sudah terbiasa bermesraan antara ibu dan istriku, tapi kini rasa khawatir membangunkan diriku menambah sensasi baru. Ibu kini terkesan menahan desahannya ketika sedang dirangsang oleh istriku. Aku bergerak seolah seperti orang tidur yang mengubah posisinya. Ketika aku bergeser sedikit mereka terdiam. Lalu berikutnya mereka melanjutkan lagi. Semakin lama suara desah ibu semakin keras karena istriku makin mahir memberikan rangsangan. Kadang istriku juga mendesah dan melenguh karena ibu juga gantian menghisap putingnya atau ganti memainkan kewanitaan istriku. Suara desahan mereka semakin keras menandakan mereka sudah menikmati seks mereka hampir maksimal. Mereka agak kurang mempedulikan aku di samping mereka. Aku mengocok diriku sendiri sambil mengintip dari celah kain pembatas. Tidak leluasa melihat tapi dari kain yang kurang sempurna menempel di sprei ranjang aku melihat ibu dari jarak sangat dekat. Sangat dekat, bahu kami hanya berjarak beberapa centimeter. Istriku di posisi atas mendominasi sementara ibu di bawah sehingga dapat terlihat olehku. Ketika istriku sedang menjilati kewanitaan ibu, tangan istriku tidak disangka menembus pembatas berusaha meraih penisku. Ibuku kaget takut membangunkan aku. Tapi istriku dengan yakin menekan tubuh ibu supaya tetap rebahan sementara mulutnya tetap merangsang kewanitaan ibu. Aku menggeser posisi agar istriku dapat menjangkau penisku. Aku dan ibu menjadi semakin dekat tetapi kini aku jadi tidak dapat melihat ibu. Penisku yang kini dikocok oleh istriku. Ibu mengetahui aku sedang menikmati kocokan istriku membuatnya semakin mendesah. Bahwa ada orang ketiga yang juga menikmati seks bersama memberikan sensasi erotis yang berbeda. Kadang aku tidak sadar melenguh juga. Mendengar suaraku membuat ibu ikutan melenguh. Desahan kami bersahutan semakin meningkatkan birahi kami bertiga. Kami bisa saling mendengar napas kami. Selama ini karena pemisah kami agak tebal dan agak berjauhan maka kami hanya samar-samar saling mendengar. Kini suara ibu di dekat telingaku. Mendesah merintih dibarengi nafasku yang semakin berat. Kocokan istriku membangun tensi seksual dalam tubuhku. Tubuhku semakin menginginkan pelepasan. Tubuh ibu yang menggeliat di samping membuat aku semakin bernafsu. Istriku melepaskan tangannya dari penisku. Rasanya nanggung sekali dilepas dalam kondisi sedang naik-naiknya gini. Ingin ku lanjutkan sendiri mengocok tiba-tiba tangan ibu menyeberang pembatas dipandu oleh tangan istriku. Meraba perutku dan turun mencari-cari sesuatu. Tangan ibu yang kini meraba tubuhku. Ini memberikan rangsangan yang sangat erotis sekali. Mengetahui ibuku sendiri menjamah tubuhku. Tubuh ibu semakin mendekat kini mengelus perut dekat dengan penisku yang berdiri tegak. Penisku kini tersentuh oleh ibu dan sebentar sepertinya ragu-ragu. Tangan istriku terus memandu tangan ibu. Tanganku kupindahkan agar tidak menghalangi tangan ibu. Kini ibu menggenggam penisku. Kejutan rangsangan meningkat ke seluruh tubuh. Tangan ibu menggenggam tapi tidak bergerak tapi itu sudah cukup menaikkan birahiku. Begitu saja sudah terasa sangat nikmat mengingat itu adalah tangan ibu. Tangan yang bukan milik istriku yang sudah biasa mengocoknya. Aku melenguh, mendesah agak lebih keras sepertinya mustahil tidak kedengaran oleh ibu yang kini kami berdua hampir bersentuhan hanya dibatasi kain pemisah. Kain satin bahan baju istriku yang tidak kunjung dikerjakan ke penjahit. Kain itu hanya dibentangkan antara paku di dinding dan buffet dekat ranjang bagian kaki. Tepatnya hanya dicantolkan demi segera selesai. Ibu merasakan sensasi memegang penis setelah sekian lama sendirian. Selesai memandu tangan ibu gantian tangan istriku mencari tanganku. Memberikan kode supaya aku mengulurkan tangan. Tangan kiriku dipegangnya, dibawa menyeberang kain pembatas dan diarahkan memegang bagian atas ibu. Kini aku menyentuh payudara ibu, terasa lebih besar dan lebih empuk dibandingkan milik istriku. Sudah agak kendur tapi tidak mengurangi keindahannya. Tidak mengurangi keampuhannya menaikkan nafsuku. Ketika tanganku menyentuh payudara ibu, ibu melenguh keras. Sensasi sentuhanku mendekatkan ke klimaksnya. Kini aku dan ibuku saling menjamah, begini saja jantungku sudah berdebar kencang. Istriku kembali berkonsentrasi merangsang kewanitaan ibu. Ibuku menggeliat dan secara reflek mulai mengocok penisku. Aku sangat terangsang oleh kocokan ibuku, karena kami sudah menyeberang tabu yang dibatasi oleh kain tipis. Suara desahan kami saling bersahutan. Kocokan ibuku kurang intens jadi aku masih bisa menahan tapi tensinya terus menumpuk. Tanganku mulai meremas payudara ibu memainkan putingnya. Kami bersentuhan semakin erat. Kepala kami semakin saling mendekat. Karena dihimpit oleh tubuh kami, ternyata kain yang hanya dicantolkan pun terlepas, jatuh di antara kami, aku dan ibu. Kami saling berpandangan tangan ibu tetap di penisku dan tanganku di payudaranya. Aku dan ibu sudah tidak mampu menyembunyikan ekspresi sangat terangsang. Wajah ibu sayu dengan bibir terbuka mengeluarkan desahannya. Dan wajahku yang terlihat menahan orgasme agar tidak terlalu cepat selesai. Wajah kami mendekat dan disusul kami berciuman. Desah napas kami semakin keras dan cepat. Istriku berhenti merangsang kewanitaan ibu. Berusaha merengkuh tubuhku yang sebenarnya istriku lebih ke mendekatkan tubuhku ke tubuh ibu. Tangan ibu ragu-ragu mendekatkan penisku ke selangkangannya. Kami sudah di puncak nafsu, rasanya ingin melepaskan ketegangan seksual masing-masing. Ibu melebarkan kakinya, berharap tubuhku semakin dekat. Kini ku arahkan penisku ke kewanitaannya. Betul-betul sudah licin akibat hampir klimaks oleh rangsangan istriku. Aku peluk pinggang ibu. Tanpa hambatan aku masukkan penisku ke kewanitaan ibu. Kain pembatas sudah jatuh. Kami sudah tidak memperdulikan lagi, kami ingin saling memberikan kepuasan masing-masing. Ibu terpekik mengucapkan sayangku ke telingaku. Biasanya kata itu keluar ketika aku bersedih, atau ketika ibu memberikan pujian kepada diriku dulu. Kini kata sayangku diucapkan berulang-ulang hampir seirama dengan genjotanku ke tubuhnya. Aku hampir klimaks, isi penisku hampir tumpah, aku mulai mengatur irama persetubuhan kami pelan-pelan. Rupanya ibuku orgasme duluan, tangannya memegangi rambutku, menciumiku, sambil melenguh melepaskan desakan seksual yang sudah menumpuk. Kewanitaannya terasa hangat oleh banjir cairan cintanya. Berkedut-kedut seolah melepaskan kerinduan hadirnya penis laki-laki di dalamnya. Aku tidak dapat menahan sensasi kedutan tersebut. Pertahananku runtuh, rasa gatalnya dengan sekali sentakan pantatku kutekankan ke kewanitaan ibu, lepas dengan aku menyemprotkan spermaku ke dalam kewanitaan ibu. Spermaku banyak sekali, pertama kali aku menyetubuhi wanita yang berbeda seumur hidupku selain istriku. Tubuhku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan memompakan sperma sebanyak-banyaknya. Tubuh ibu bergetar gelombang orgasmenya disusul oleh orgasme baru. Tubuhnya juga mengisyaratkan untuk tidak melewatkan kesempatan sperma yang masuk ke dalamnya. Kedutannya semakin kuat menghisap penisku, memeras agar semuanya keluar. Kami menikmati orgasme kami yang terasa sangat hebat. Kami berciuman melupakan sebentar istriku yang sudah merencanakan ini semua. Tersenyum melihat kami sambil berlutut di lantai di tepi ranjang. Aku memanfaatkan momen ini untuk mengelus tubuh ibu mengagumi lekukannya sebagai seorang lelaki kepada seorang wanita. Orgasme kami mereda dan kembali ke kesadaran. Kami memandang ke istriku dengan malu-malu. Istriku mencium bibirku dalam-dalam kemudian mencium bibir ibuku agak lama. Peristiwa itu merupakan upacara selamat datang ke hubungan seks kami bertiga. Kami merahasiakan ini semua dari saudara-saudara kami tentunya. Hanya saja mereka heran, ibuku tampak awet muda setelah sekian lama menjanda. Semenjak ibu aktif secara seksual bersama kami, tubuh ibu semakin seksi. Semakin kencang walaupun tetap tanda-tanda usia tidak dapat dibalikkan. Kulit ibu semakin mulus tanpa perawatan. Konon sperma laki-laki jika diserap oleh tubuh wanita akan didaur-ulang dan dapat mempertahankan kecantikan. Ibu tentu saja bangga dengan berdalih perawatan herbal. Dengan seks bertiga aku dan istriku jadi lebih sering berhubungan juga. Kadang ibuku memancing diriku lalu istriku join, atau sebaliknya istriku dipanasi lalu aku menyelesaikan dengan istriku atau ibuku. TAMAT Yah begitulah, mudah-mudahan bisa menghibur. Cerita gini kebetulan saya suka, jadi saya buat versi saya sendiri. Salam sukses semua.